Dua keping puing berasal dari bagian dalam kabin, menunjukkan bahwa pesawat itu telah hancur.
Tetapi tidak dapat ditentukan apakah perpecahan itu terjadi di udara atau saat terjadi benturan dengan laut.
Studi terhadap puing-puing yang ditemukan di Tanzania menunjukkan pesawat tidak mengalami penurunan yang terkontrol. Artinya, pesawat itu tidak dipandu ke pendaratan air.
Penemuan puing-puing itu digunakan untuk mempersempit area pencarian di Samudera Hindia.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Produksi Toy Story Pertama Dimulai
Dilansir Britannica, penjelasan tentang apa yang mungkin terjadi pada penerbangan MH370 sangat beragam.
Hilangnya Aircraft Communication Addressing and Reporting System (ACARS) dan sinyal transponder pesawat memicu spekulasi yang sedang berlangsung tentang adanya pembajakan pesawat.
Namun tidak ada klaim pertanggungjawaban langsung oleh individu atau kelompok manapun.
Selain itu tampaknya pembajak juga tidak akan menerbangkan pesawat ke Samudera Hindia bagian selatan.
Ada dugaan pilot disarankan bunuh diri oleh salah satu kru, karena sinyal pesawat dimatikan.
Tapi tidak ada yang mencurigakan dari perilaku kapten, perwira pertama, maupun awak kabin sebelum penerbangan.
Pada bulan Juli 2018 pemerintah Malaysia mengeluarkan laporan terakhir tentang hilangnya MH370.
Kerusakan mekanis dianggap sangat tidak mungkin, dan perubahan jalur penerbangan kemungkinan dihasilkan dari input manual.
Tetapi pada akhirnya para peneliti tidak dapat menjawab mengapa MH370 menghilang.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tsunami Terjang Flores, Lebih dari 1.300 Orang Meninggal
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.