Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Kandungan Thimerosal dalam Vaksin Sebabkan Autisme

Kompas.com - 04/01/2020, 07:29 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Sebuah pesan mengenai vaksin yang dapat menyebabkan autis beredar luas di masyarakat.

Diisukan, autis dapat terjadi karena kandungan Thimerosal (Etil Merkuri) pada vaksin.

Kemenkes menyatakan informasi ini tidak benas alias hoaks.

Narasi yang beredar

Pembuat narasi menyertakan informasi mengenai kondisi seorang anak yang didiagnosis mengidap Autisme Spectrum Disorder karena diberi vaksin yang mengandung Thimerosal.

Selain melalui aplikasi WhatsApp, informasi ini juga disebarkan beberapa akun di media sosial Facebook.

Berikut salah satunya:

Tangkapan layar pesan yang menyebutkan vaksin dapat membuat autismeFacebook Tangkapan layar pesan yang menyebutkan vaksin dapat membuat autisme

Ini bunyi pesannya:

Mohon disebarne untuk Amancu (anak, mantu dan cucu)

"Vaksin Penyebab AUTIS"

Buat para Pasangan MUDA. Oom dan Tante yg punya keponakan... atau bahkan calon ibu ... perlu nih dibaca ttg autisme.
Bisa share kpd yg masih punya anak kecil spy ber-hati2. Stlh kesibukan yg menyita waktu, baru skrg sy bisa dpt waktu luang membaca buku "Children with Starving Brains" karangan Jaquelyn McCandless, MD yg (terjemahannya) diterbitkan oleh Grasindo.
Ternyata buku yg sy beli di toko buku Gramedia seharga Rp 50.000,- itu benar2 membuka mata sy, dan sayang sekali baru terbit stlh anak sy Joey (27 bln) didiagnosa mengidap Autisme Spectrum Disorder.

Bagian satu, bab 3, dari buku itu benar2 membuat sy menangis.
Selama 6 bln pertama hidupnya (Aug 2001-Feb 2002), Joey memperoleh 3x suntikan vaksin Hepatitis B, dan 3x suntikan vaksin HiB. Menurut buku tsb (hal 54-55) ternyata dua macam vaksin yg diterima anak sy dlm 6 bln pertama hidupnya itu positif mengandung zat pengawet Thimersoal, yg terdiri dr Etilmerkuri yg menjadi penyebab utama sindrom Autisme Spectrum Disorder yg meledak sejak awal thn 1990 an. Vaksin yg mengandung Thimerosal itu sendiri sdh dilarang di Amerika sejak akhir thn 2001. Alangkah sedihnya sy, anak yg sy tunggu kehadirannya selama 6 thn, dilahirkan dan divaksinasi di sebuah rumahsakit besar yg bagus, terkenal, dan mahal di Karawaci Tangerang, dgn harapan memperolah treatment yg terbaik, ternyata malah "diracuni" oleh Mercuri dgn selubung vaksinasi.

Beruntung sy msh bisa memberi ASI sampai skrg, sehingga Joey tdk menderita Autisme yg parah. Tetapi tetap saja, sampai skrg dia blm bicara, hrs diet pantang gluten dan casein, hrs terapi ABA, Okupasi, dan nampaknya hrs dibarengi dgn diet supplemen yg keseluruhannya sangat besar biayanya.

Melalui e-mail ini sy hanya ingin mengimbau para dokter anak di Indonesia, para pejabat di Dp Kesehatan, tolonglah baca buku tsb dan tolong musnahkan semua vaksin yg msh mengandung Thimerosal. Jgn sampai (dan bukan tdk mungkin sdh terjadi) sisa stok yg tdk habis di Amerika Serikat tsb di ekspor dgn harga murah ke Indonesia dan dikampanyekan sampai ke puskesmas2 spt contohnya vaksin yg mengandung Thimerosal tsb, cobalah bernegosiasi dgn dokter anak kita, minta vaksin Hepatitis B dan HiB yg tdk mengandung Thimerosal

Juga tolong e-mail ini diteruskan kpd mereka yg akan menjadi orang tua, agar tdk mengalami nasib yg sama spt sy.

Sekali lagi, jgn sampai kita kehilangan satu generasi anak2 penerus bangsa, apalagi jika mereka datang dr keluarga yg berpenghasilan rendah yg utk makan saja sulit, apalagi utk membiayai biaya terapi supplemen, ABA, Okupasi, dokter ahli Autisme (yg daftar tunggunya sampai ber-bulan2), yg besarnya sampai jutaaan Rupiah perbulannya.

HOAKS ATAU FAKTA?

Jika Anda mengetahui ada berita viral yang hoaks atau fakta, silakan klik tombol laporkan hoaks di bawah ini

closeLaporkan Hoaks checkCek Fakta Lain
Berkat konsistensinya, Kompas.com menjadi salah satu dari 49 Lembaga di seluruh dunia yang mendapatkan sertifikasi dari jaringan internasional penguji fakta (IFCN - International Fact-Checking Network). Jika pembaca menemukan Kompas.com melanggar Kode Prinsip IFCN, pembaca dapat menginformasikannya kepada IFCN melalui tombol di bawah ini.
Laporkan
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com