Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Kemunculan Oarfish dan Mitos Prediksi Gempa...

Kompas.com - 12/12/2019, 21:22 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penemuan ikan oarfish di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, menghebohkan media sosial pada Senin (9/12/2019).

Berdasarkan narasi yang beredar, kemunculan ikan tersebut menandakan bakal terjadinya gempa besar dan tsunami.

Namun anggapan tersebut dibantah oleh Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono.

Ia mengungkapkan bahwa munculnya ikan oarfish ke permukaan bukanlah pertanda gempa besar dan tsunami.

Diketahui, oarfish merupakan biota laut yang tinggal di laut dalam.

Terkait kemunculan ikan ini, Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Selvia Oktaviyani membenarkan bahwa oarfish tergolong ikan yang tinggal di laut dalam.

"Jenis oarfish memang merupakan jenis ikan yang hidup hingga ribuan meter, tetapi terkadang juga muncul ke permukaan," ujar Selvia saat dihubungi Kompas.com, Kamis (12/12/2019).

Menurutnya, perilaku ikan oarfish yang muncul ke permukaan karena merasakan perubahan di tempat hidup atau habitatnya.

Tak hanya itu, naiknya ikan oarfish juga diduga merupakan kebiasaan hidupnya.

Selvia menyampaikan bahwa ikan oarfish memiliki kebiasaan hidup dengan cara membunuh dirinya sendiri dengan cara naik ke permukaan.

"Berdasarkan informasi yang saya baca, jenis ini memiliki kebiaaan hidup dengan cara membunuh dirinya sendiri saat telah dewasa dengan cara naik ke atas permukaan, bahkan terbawa hingga ke pantai," ujar Selvia.

Menilik kabar bahwa adanya ikan oarfish di permukaan laut, Selvia mengungkapkan, butuh kajian khusus untuk membuktikan jika kemunculannya dikaitkan dengan gempa atau tsunami.

Baca juga: Hati-hati, Ini Ciri Bedakan Ikan Segar dan Berformalin

Ada 3 Jenis

Sementara, Selvia mengatakan bahwa ikan oarfish masuk dalam Famili Regalecidae.

Dalam famili ini, ada tiga jenis antara lain Regalecus glesne, Regalecus russelii, dan Agrostichthys parkeri.

Dari ketiga jenis tersebut, ada masing-masing perbedaan berdasarkan habitatnya dan karakter meristik.

"Perbedaannya dari ketiganya bisa dilihat dari karakter meristik, misal jumlah duri lemah sirip punggung, ada tidaknya duri keras di sirip punggung, warna, dan lainnya," ujar Selvia.

Untuk habitat persebarannya juga disampaikan oleh Selvia.

Berikut rinciannya:

  • Regalecus glesne, habitat penyebarannya luas.
  • Regalecus russelii, habitat penyebarannya di Samudera Pasifik (Jepang, AS, Meksiko), di Samudera Hindia.
  • Agrostichthys parkeri, habitat penyebarannya di selatan Australia, New Zealand, dan Argentina.

Adapun Selvia mengungkapkan, untuk penyebaran Regalecus russelii tidak sebanyak populasi Regalecus glesne di Samudera Hindia.

Sementara, untuk jenis Agrostichthys parkeri dikategorikan sebagai jenis yang langka atau jarang ditemukan.

"Agrostichthys parkeri jenis yang jarang (rare species), hidupnya di daerah temprate," ujar Selvia.

Baca juga: Mengapa Indonesia Kerap Dilanda Gempa Bumi?

Tidak berbahaya

Meski memiliki kebiasaan muncul ke permukaan dalam kondisi sedang sekarat atau ingin membunuh dirinya, oarfish bukan termasuk ikan yang berbahaya.

"Sejauh ini tidak ada laporan jenis ini membahayakan, artinya tidak menyebabkan kerusakan atau membahayakan manusia," ujar Selvia.

Karena tergolong ikan laut dalam, oarfish mempunyai keunikan tersendiri, yakni ia dapat hidup dalam suhu yang sangat dingin.

Oleh karena itu, ikan ini mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan ekstrem.

Umumnya, ikan laut dalam memiliki ciri fisiologi tubuh yang unik.

Misalnya, ikan sungut ganda atau Melanocetus johnsonii yang mempunyai antena yang dapat digerak-gerakan sebagai umpan untuk menarik perhatian mangsa.

Sementara untuk Regalecus russelii disebutkan memiliki adaptasi unik berupa mengamputasi bagian posterior (belakang tubuhnya).

Namun, ia belum mengetahui secara detail mengenai kemampuan Regalecus russelii terhadap suhu eksrem dingin.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tsunami Terjang Flores, Lebih dari 1.300 Orang Meninggal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com