Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Tuak, Minuman Beralkohol yang Diklaim Punya Manfaat Kesehatan

Kompas.com - 28/11/2019, 07:05 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Anggota Komisi III DPR RI, Hinca Panjaitan mengklaim minuman tuak, yang banyak ditemukan di Sumatera Utara dapat dijadikan sebagai terapi narkoba.

Klaim tuak dapat dijadikan sebagai terapi narkoba, imbuhnya berdasarkan riset dengan mewancarai 18 orang korban narkoba.

Bahkan, Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Agus Andrianto mendukung upaya agar tuak digunakan untuk rehabilitasi narkoba.

Lalu apa itu tuak?

Tuak merupakan sejenis minuman beralkohol khas Indonesia. Umumnya, minuman ini dikonsumsi masyarakat Batak di Sumatera Utara saat perayaan dan acara-acara khusus.

Pembuatan tuak

Minuman alkohol tradisional ini biasanya dibuat dari fermentasi beras (biasanya beras ketan) menggunakan ragi dan enzim yang secara alami tersedia dalam ragi.

Enzim memecah pati dalam beras menjadi gula dan ragi mengubah gula menjadi alkohol, yang merupakan proses fermentasi.

Proses fermentasi juga menghasilkan karbon dioksida, terlepas dari alkohol.

Biasanya, tuak juga dibuat dalam volume besar dengan bantuan gula dicampur dengan air, lalu direbus dan dibiarkan dingin sebelum ditambahkan ke campuran fermentasi beras dan ragi.

Tuak juga bisa terbuat dari proses penyulingan nira aren dan kelapa mendominasi minuman keras lokal Indonesia.

Selain itu, ada juga yang berasal dari fermentasi dari buah-buahan dan beras.

Baca juga: Cerita Panjang di Balik Tenarnya Ciu Bekonang

Sebenarnya, minuman sejenis tuak ini juga ada di berbagai negara. Misalnya, Sake di Jepang, Makgeolli di Korea, Sato di Thailand, Mi Jiu di China dan Tapuy di Filipina.

Kandungan alkohol dalam tuak juga bervariasi, mulai dari lima persen hingga 20 persen.

Rasa tuak juga bisa bervariasi, ada yang sedikit manis atau sangat manis, tergantung pada gula yang digunakan dalam proses fermentasi.

Namun, tuak dengan kualitas buruk biasanya terasa asam karena adanya bakteri lain yang masuk dan menghasilkan asam laktat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com