Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Selalu Buruk, Narsis di Media Sosial Bikin Orang Terhindar dari Depresi

Kompas.com - 19/11/2019, 06:29 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak orang menganggap bahwa narsistik dan hobi pamer di media sosial merupakan sebuah kelainan.

Bahkan, beberapa studi mengklaim bahwa narsistik bisa membuat seseorang menjadi depresi.

Akan tetapi, baru-baru ini sebuah studi menemukan hasil yang berbeda. Individu yang menunjukkan sifat narsistik justru berpotensi lebih rendah menderita stres dan depresi.

Dikutip dari Independent, para peneliti dari Queen's University Belfast melakukan sebuah riset untuk mengeksplorasi bagaimana seorang narsistik dapat memengaruhi kesejahteraan mental.

Riset tersebut dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Personality and Individual Differences and European Psychiatry.

Menurut American Psychological Association, kepribadian narsistik ditandai dengan perhatian kepada diri sendiri secara berlebihan.

Baca juga: Anak Narsis Lebih Berprestasi Secara Akademik! Serius?

Meski narsistik telah mendapat stigma buruk, tetapi para peneliti berpendapat bahwa menjadi seorang narsistik dapat menimbulkan hal positif.

Penelitian ini melibatkan 700 orang dengan tiga kategori studi yang berbeda.

Para peserta diminta untuk mengisi kuesioner laporan diri yang mengukur narsisisme subklinis, ketangguhan mental, dan stres yang dialami.

Dari hasil itu, para ilmuwan menguraikan bahwa ada dua bentuk narsistik yang dominan, yaitu rentan (vulnerable) dan kekaguman (grandiose).

"Narsistik adalah bagian dari segitiga gelap (dark triad), selain Machiavellianisme dan psikopat," kata Dr Kostas Papageorgiou, peneliti dari Queen's School of Psychology.

"Narsistik rentan (vulnerable) cenderung lebih defensif dan memandang perilaku orang lain sebagai musuh, sedangkan narsistik kekaguman (grandiose) biasanya memiliki perasaan bahwa dirinya penting serta terlalu sibuk dengan status dan kekuasaan," sambungnya.

Dr Papageorgiou menjelaskan, tim peneliti mencatat adanya hubungan antara sifat-sifat narsistik kekaguman (grandiose) dan kesejahteraan mental.

Mereka mengklaim bahwa atribut yang ditemukan di antara individu dengan sifat narsistik kekaguman, termasuk rasa percaya diri, dapat mengurangi kemungkinan menderita gejala depresi atau stres.

Riset itu, menurut Dr Papageorgiou, membantu menjelaskan variasi gejala depresi di masyarakat.

"Meski tidak semua dimensi narsistik baik, aspek-aspek tertentu ternyata dapat mengarah pada hasil yang positif," paparnya.

"Riset ini juga menampilkan keragaman sudut pandang bahwa sifat-sifat seperti narsistik tak boleh dilihat sebagai baik atau buruk, tetapi sebagai produk evolusi dan ekspresi dari sifat manusia," lanjutnya.

Sebelumnya, pada awal tahun 2019, sebuah studi yang dilakukan oleh Bowling Green State University menemukan bahwa orang dewasa berusia antara 18 sampai 25 tahun percaya bahwa generasi mereka adalah yang paling narsistik.

Namun, riset ini juga menemukan bahwa orang dewasa dengan usia rentang usia tersebut merasa tertekan dilabeli sebagai orang narsistik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com