Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertemu Pria Ekshibisionis, Jangan Takut Melawan!

Kompas.com - 17/11/2019, 15:15 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Kasus pelecehan seksual terhadap perempuan dengan menggunakan cairan sperma di Tasikmalaya baru-baru ini semakin meresahkan warga masyarakat.

Sejauh ini belum diketahui pasti alasan pria tak dikenal di Tasikmalaya tersebut melakukan pelemparan cairan sperma terhadap belasan perempuan yang ada di pinggir jalan.

Diberitakan Kompas.com (16/11/2019), laki-laki itu melemparkan cairan dari kemaluannya setelah mengeluarkan kata-kata tidak pantas pada perempuan-perempuan yang sedang menunggu ojek online di Jalan Letjen Mashudi, Tasikmlaya.

Kejadian semacam ini tentu menimbulkan rasa takut tersendiri bagi para korban.

Namun, bagaimana sebenarnya kita bisa mengambil sikap saat menghadapi laki-laki dengan kelainan seksual semacam ini?

Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa dr. Dharmawan Ardi Purnama, Sp.KJ menyebut pelaku tindakan semacam itu disebut sebagai pengidap gangguan ekshibisionisme.

"Memang masuk gangguan kalau itu, untuk memenuhi kebutuhan/kepuasannya. Seperti yang memperlihatkan kemaluannya, kan itu gangguan ekshibisionisme," kata Dharmawan saat dihubungi Kompas.com, Minggu (17/11/2019) siang.

Kelainan itu muncul sebagai bentuk ketidakmampuannya menyalurkan hasrat secara benar. Mereka menikmati reaksi ketakutan yang ditunjukkan oleh perempuan yang menjadi sasaran aksinya.

Baca juga: Dianggap Bermuatan Seksual, Instagram dan Facebook Larang Emoji Terong

Tindakan Tidak Jantan

Namun, Dharmawan menyebut perilaku ini merupakan cara seorang laki-laki yang tidak jantan alias 'banci'.

Mereka memamerkan kemaluan atau bagian privatnya kepada orang lain, karena tidak berani melakukan tindakan secara fisik pada korban.

"Biasanya enggak (melakukan hal yang lebih parah), karena psikodinamiknya penderita sebenarnya orang yang enggak berani agresif secara fisik. Makanya mereka ekspresinya dalam agresi seksual yang banci," ujar dia.

Untuk itu, bagi para perempuan yang menjadi korban dari pengidap ekshibisionisme di tempat-tempat umum, baik ramai maupun sepi, jangan takut untuk memberikan respons perlawanan.

Respons itu misalnya dengan cara berteriak, sehingga pelaku akan merasa aksinya tidak lagi aman untuk dilakukan.

"Enggak berani memperkosa. Ya, teriaki saja," jawab Dharmawan singkat.

Terkadang, perempuan yang menjadi korban aksi ekshibisionisme merasa takut untuk memberikan perlawanan atau sekadar memintanya menghentikan aksinya dan pergi.

Ada pikiran, bahwa pelaku mungkin saja akan berbuat sesuatu yang jauh lebih buruk jika diberi perlawanan. Akan tetapi, kini perempuan tidak perlu ragu untuk meneriakinya, terlebih jika kondisi ramai.

Hal itu akan membuatnya pergi ketakutan, karena kembali pada keadaan dasar pelaku yang memang tidak memiliki keberanian lebih sehingga melampiaskan hasrat seksualitasnya dengan jalan seperti itu.

Baca juga: Polisi Buru Pelaku Pelempar Sperma ke Perempuan di Tasikmalaya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kata Media Asing soal Kecelakaan Maut di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan Maut di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com