Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bergabung dengan Koalisi atau Tidak, Gerindra Tergantung "Nation Call"

Kompas.com - 19/10/2019, 09:30 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Juru Bicara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, merapatnya Gerindra ke kubu koalisi pemerintah karena adanya nation call.

Hal itu disampaikan Dahnil saat menjadi narasumber program Mencari Pemimpin, yang ditayangkan Kompas TV, Jumat (18/10/2019) malam.

“Kalau kemudian Pak Jokowi merasa butuh Partai Gerindra dan Pak Prabowo, Pak Prabowo tentu sebagai patriot tentu ketika nation call, Beliau akan jawab. Namun kemudian ketika Pak Jokowi yang punya calling tidak membutuhkan Pak Prabowo dan Partai Gerindra, Gerindra siap di luar menjadi mitra kritis,” kata Dahnil.

Menurut Dahnil, sikap Partai Gerindra ini sudah ditunjukkan saat Prabowo bertemu dengan Joko Widodo.

Pihaknya mengaku siap membantu jika memang diperlukan.

Baca juga: Ada Peluang Gerindra Merapat ke Kabinet, Bagaimana Dampaknya ke Perekonomian?

Sebaliknya, jika tidak diperlukan, mereka juga siap untuk menjadi oposan pemerintahan.

Selain adanya nation call, Dahnil juga menyebut, mendekatnya Gerindra ke pemerintah setelah 10 tahun di luar kekuasaan, karena tujuan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Menurut dia, persatuan dan kesatuan sempat terganggu saat Pemilu 2019.

“Kalau kemudian terus tegang, terus panas, saya pikir itu akan menjadi biaya yang amat mahal 5 tahun ke depan,” ujar dia.

 

Dahnil menegaskan Prabowo dan Gerindra siap untuk berada di posisi mana pun tergantung panggilan negara.

Hingga hari ini belum juga ada pernyataan resmi Gerindra, apakah tetap berada di luar pemerintahan atau bergabung di gerbong koalisi.

Baca juga: Survei PPI: Mayoritas Responden Tak Setuju Gerindra Masuk Kabinet Jokowi

“Pak Prabowo itu patriotik, partai ini doktrinnya adalah patriotisme. Ketika negara memanggil, nation call, kapan pun harus siap. Jangan lupa, Pak Prabowo latar belakangnya adalah prajurit, maka ketika ada panggilan Beliau akan datang,” ujar Dahnil.

Aneh jika tiba-tiba bersatu dalam koalisi

Namun, di sisi lain, penyatuan dua kubu yang awalnya berseberangan ini dilihat sebagai sesuatu yang seharusnya tidak terjadi.

Pendapat ini disampaikan oleh Direktur Parameter Politik Adi Prayitno.

“Saya menyebut aneh, mengapa dua kutub yang saling ekstrem ini tiba-tiba berangkulan ingin menyatu dalam satu kolam koalisi. Lalu untuk apa orang cerai gara-gara dukung Prabowo atau dukung Jokowi?” ujar Adi.

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Direktur Lingkar Madani, Ray Rangkuti.

Ia menilai, untuk menjaga persatuan bangsa yang sempat terpecah, bukan berarti dua kubu politik ini harus menyatu dan melebur menjadi satu koalisi.

“Menurut saya ini harus dijawab secara moral, karena pemilu kita cukup membuat kita sebagai bangsa pecah, retak. Dengan bertemunya orang ini enggak bisa dijelaskan ini silaturahmi, sebatas itu kita setuju. Tapi kalau dalam koalisi, masalah,” kata Ray. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com