Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Disrupsi dan Kampanye Positif di Medsos

Kompas.com - 12/10/2019, 16:25 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pengamat terorisme dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Roby Sugara mengatakan adanya unggahan konten negatif yang dilakukan oleh para istri TNI merupakan fenomena global yang dikenal sebagai era disrupsi.

Menurut dia, era tersebut membuat berbagai macam narasi dengan begitu cepatnya meluas di masyarakat.

"Narasi positif dan negatif dalam bentuk digital telah menyebar sangat cepat," ujar Roby saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (12/10/2019).

"Kasus istri TNI ini menunjukkan mereka adalah korban dari narasi negatif yang dialamatkan ke Wiranto atau pemerintah seperti membubarkan ormas islam, kriminalisasi ulama dan lain sebagainya," lanjut dia.

Untuk diketahui, TNI melaporkan dua istri prajurit TNI ke polisi terkait unggahan mereka di media sosial yang dituding berkonten negatif terkait aksi penusukan terhadap Menko Polhukam Wiranto.

Selain itu, istri-istri TNI tersebut menurut Roby tidak bisa menyaring berita, dan tidak menyadari bahwa mereka memiliki suami abdi negara.

Ia menyebut, bahwa teroris telah memainkan dan memanfatkan era disrupsi ini dengan cara melakukan eksekusi mati atau tindakan teror kepada personal yang menurut netizen banyak dibenci orang.

"Dengan banyaknya stigma negatif yang justru dialamatkan kepada Wiranto, teroris berhasil mencapai tujuannya," terang dia.

Baca juga: Saat Musisi hingga Istri TNI Dilaporkan Polisi...

Kampanye positif

Lebih lanjut Roby mengatakan, dengan begitu, kebencian dari netizen seperti terpuaskan.

"Ini tekniknya sama ketika memanfaatkan kebencian orang pada Amerika, dengan melakukan teror pada Amerika oleh Al Qaeda," papar dia.

Untuk menghindari hal tersebut terus terjadi, Roby menyarankan agar kampanye positif di media sosial untuk diperbanyak lagi.

Selain itu, menurut Roby, penguatan literasi digital juga perlu diperkuat lagi.

"Ada lagi yang terpenting adalah peran tokoh agama, pejabat publik, penting untuk tidak lebih lagi memprovokasi," kata dia.

Diberitakan Kompas.com, Kamis (10/10/2019), peristiwa penusukan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan ( Menko Polhukam) Wiranto di Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019) mengejutkan banyak pihak.

Penusukan terjadi saat Wiranto selesai meresmikan Gedung Kuliah Bersama di Universitas Mathla'ul Anwar.

Tak hanya melukai Wiranto, penusukan ini juga melukai ajudannya dan Kapolsek Menes Kompol Daryanto.

Setelah kejadian, polisi mengamankan dua orang pelaku, seorang laki-laki dan perempuan, berisial SA dan FA.

Dugaan awal polisi, keduanya terpapar radikalisme ISIS. Namun pihak kepolisian masih mendalami apakah mereka masih punya jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Cirebon atau JAD lain di Sumatera.

Baca juga: Prajurit TNI Dicopot karena Unggahan Istri soal Wiranto, Kapuspen: Tinggal Melaksanakan Saja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com