KOMPAS.com - Selain rokok tembakau, rokok elektrik atau yang dikenal dengan vape juga digemari banyak orang.
Vape kerap dianggap lebih aman dari rokok tembakau dan bisa membanti banyak orang berhenti merokok.
Maka tak heran, banyak orang beralih dari rokok tembakau ke rokok elektrik dengan harapan dapat mengurangi risiko kesehatan yang ditimbulkan dari rokok tembakau.
Vape memiliki berbagai bentuk dan ukutan yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu baterai, elemen pemanas dan tabung yang berisi cairan atau cartridge.
Cairan dalam tabung ini mengandung nikotin, propilen glikol atau gliserin, serta penambah rasa, seperti rasa buah-buahan dan cokelat.
Baca juga: Salah, Vape Bukan Jembatan untuk Berhenti Merokok...
Rokok elektrik bekerja dengan cara memanaskan cairan yang ada dalam tabung dan kemudian menghasilkan uap seperti asap yang umumnya mengandung berbagai zat kimia.
Sebenarnya, ada tiga jenis vape yang beredar dipasaran. Melansir Hello Sehat, berikut jenis-jenis vape tersebut:
1. Pen
Vape jenis ini berbentuk seperti pena dan merupakan vape dengan ukuran terkecil dibanding dengan jenis lainnya.
Cara kerja vape jenis ini sama dengan jenis lainnya, yaitu dengan menaskan cairan vape agar bisa menghasilkan uap.
erdapat dua jenis elemen pemanas yang bisa dipilih untuk memanaskan cairan vape, yaitu:
Atomizer, adalah elemen pemanas untuk memanaskan cairan vape yang mengandung nikotin. Atomizer biasanya harus diganti jika panas yang dihasilkan sudah berkurang kualitasnya, membuat rasa vape menjadi tidak enak lagi. Dekat dengan atomizer, terdapat tank sebagai tempat bahan yang akan dipanaskan.
Baca juga: INFOGRAFIK: Rokok dan Vape, Apa Bedanya?
Cartomizer, adalah kombinasi dari cartridge dan atomizer. Pada pengaturan ini, komponen yang dipanaskan bersentuhan langsung dengan elemen pemanas.
Untuk memanaskan elemen pemanas, vaporizer pen membutuhkan energi dari baterai yang bisa diisi ulang dengan tegangan sebesar 3,7 volt. Namun, ada juga baterai yang bisa diatur ulang tegangannya.
Namun, kita harus berhati-hati dnegan baterai vape karena bisa meledak dan membahayakan kita.
2. Portable
Vape jenis ini bentuknya lebih besar dari jenis pen namun masih bisa disimpan di dalam kantung pakaian.
Vape jenis ini juga memiliki komponen elemen pemanas dan baterai, namun cairannya tidak kontak langsung dengan pemanas sehingga menghasilkan rasa yang lebih baik dan asap yang lebih sedikit.
Daya tahan baterai vape portable ini biasanya bertahan 2 hingga 3 jam atau lebih.
Pemanas yang digunakan dalam vape portable ini juga punya risiko meledak. Tak hanya itu, cairan yang digunakan dalam vape portable ini juga dapat meningkatkan reaksi alergi.
Baca juga: 5 Fakta tentang Vape, Kandungan, Bahaya, hingga Dilarang di Beberapa Negara
Pasalnya, cairan vape portable ini umumnya mengandung propylene glycol dan vegetable glycerin dalam jumlah yang berbeda.
3. Dekstop
Vape jenis dekstop memiliki bentuk yang lebih besar daripada jenis vape lainnya dan tidak bisa di bawa kemana-mana.
Vape jenis ini juga membutuhkan permukaan yang datar untuk menempatkannya dan memerlukan pasokan energi yang konstan agar berfungsi yang baik.
Karena mendapatkan pasokan energi yang stabil, hal ini membuat vape desktop menghasilkan panas yang lebih maksimal, rasa yang lebih tajam, dan uap yang lebih banyak daripada jenis vape lainnya.
Semakin tajam rasa vape dan semakin banyak uap yang dihasilkan mungkin membuat pengguna vape merasa puas.
Namun,semakin banyak uap yang dihasilkan, semakin tinggi juga risiko kesehatan yang bisa dialami.
Pada dasarnya, banyaknya uap yang dihasilkan dari vape tergantung daya vape, banyak elemen pemanas atau kawat yang ada di atomizer dan komposisi dalam cairan
vape.
Namun, semakin tinggi panas yang dihasilkan dari vape semakin tinggi risiko vape meledak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.