Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: SpongeBob Squarepants Pengaruhi Fokus dan Kontrol Diri Anak

Kompas.com - 15/09/2019, 18:00 WIB
Rosiana Haryanti,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Program siaran dari lembaga penyiaran GTV, Big Movie Family: The SpongeBob Squarepants Movie menjadi perhatian Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Lembaga ini menyoroti adanya pelanggaran khususnya yang terkait dengan muatan kekerasandalam program siaran tersebut.

Lebih lanjut, tayangan SpongeBob Squarepants menjadi satu dari 14 program siaran yang kedapatan melanggar aturan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS) KPI Tahun 2012.

Selain dianggap melanggar aturan penyiaran, sebuah penelitian pada tahun 2011 lalu menyatakan bahwa tayangan mengenai spons yang hidup di bawah laut itu mampu mengganggu kemampuan anak-anak.

Dilansir dari laman Live Science, Minggu (9/15/2019), sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari University of Virginia menemukan, setelah 9 menit menonton tayangan SpongeBob, kemampuan anak-anak berusia 4 tahun secara signifikan dapat terganggu dibandingkan dengan anak-anak yang menikmati pertunjukan lain.

Baca juga: SpongeBob Squarepants Ditegur KPI, Perhatikan 3 Hal Ini Saat Pilih Kartun untuk Anak

Studi berjudul The Immediate Impact of Different Types of Television on Young Children's Executive Function yang diterbitkan di jurnal Pediatrics tersebut memaparkan, kemampuan yang terpengaruh oleh tayangan ini adalah keterampilan dalam dalam memperhatikan, menyelesaikan masalah, fokus, dan kemampuan lainnya.

Pada dekade 1970-an anak-anak mulai menonton televisi sejak usia 4 tahun. Namun saat ini, anak-anak usia 4 bulan sudah terpapar tayangan dari program televisi.

The Kaiser Family Foundation memperkirakan dua pertiga dari anak-anak menghabiskan rata-rata dua jam sehari di depan televisi atau menikmati tayangan dalam bentuk lain.

Hal ini lalu menimbulkan kekhawatiran bahwa stimulasi berlebih dari pertunjukan hiperaktif dapat membebani otak, yang bisa menyebabkan masalah pada fokus anak-anak.

Untuk itu, para peneliti melakukan studi terhadap 60 anak-anak usia 4 tahun dengan memberikan mereka tiga tugas yang berbeda. Ketiga tugas tersebut dilakukan selama 9 menit.

Tugas kelompok pertama adalah mewarnai gambar. Kemudian kelompok kedua diberi tugas menonton animasi kartun mengenai serial animasi tentang spons yang tinggal di bawah laut.

Lalu untuk kelompok ketiga, para peneliti menugaskan mereka untuk menonton tayangan kartun realistis tentang kegiatan anak usia pra-sekolah.

Meski demikian, penulis utama penelitian, Dr Angeline Lilliard tidak bersedia mengonfimasi tayangan apa yang diberikan kepada anak-anak tersebut. Namun dari deskripsi yang tersedia, tayangan yang digunakan adalah animasi anak-anak SpongeBob Squarepants dan acara PBS, Caillou.

Kedua tayangan tersebut dipilih karena memiliki tipe yang berbeda. Acara SpongeBob Squarepants mengalami perubahan adegan setiap 11 detik dengan banyak gerakan dan adegan yang ramai.

Sementara acara PBS merupakan tayangan yang menyajikan gambar yang lebih lambat dan berubah setiap 34 detik atau lebih.

Setelah anak-anak selesai menonton televisi atau mewarnai, para peneliti lalu meminta mereka menyelesaikan berbagai tugas untuk mengukur kontrol dan kemampuan otak untuk fokus.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com