Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi: SpongeBob Squarepants Pengaruhi Fokus dan Kontrol Diri Anak

Lebih lanjut, tayangan SpongeBob Squarepants menjadi satu dari 14 program siaran yang kedapatan melanggar aturan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS) KPI Tahun 2012.

Selain dianggap melanggar aturan penyiaran, sebuah penelitian pada tahun 2011 lalu menyatakan bahwa tayangan mengenai spons yang hidup di bawah laut itu mampu mengganggu kemampuan anak-anak.

Dilansir dari laman Live Science, Minggu (9/15/2019), sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari University of Virginia menemukan, setelah 9 menit menonton tayangan SpongeBob, kemampuan anak-anak berusia 4 tahun secara signifikan dapat terganggu dibandingkan dengan anak-anak yang menikmati pertunjukan lain.

Studi berjudul The Immediate Impact of Different Types of Television on Young Children's Executive Function yang diterbitkan di jurnal Pediatrics tersebut memaparkan, kemampuan yang terpengaruh oleh tayangan ini adalah keterampilan dalam dalam memperhatikan, menyelesaikan masalah, fokus, dan kemampuan lainnya.

Pada dekade 1970-an anak-anak mulai menonton televisi sejak usia 4 tahun. Namun saat ini, anak-anak usia 4 bulan sudah terpapar tayangan dari program televisi.

The Kaiser Family Foundation memperkirakan dua pertiga dari anak-anak menghabiskan rata-rata dua jam sehari di depan televisi atau menikmati tayangan dalam bentuk lain.

Hal ini lalu menimbulkan kekhawatiran bahwa stimulasi berlebih dari pertunjukan hiperaktif dapat membebani otak, yang bisa menyebabkan masalah pada fokus anak-anak.

Untuk itu, para peneliti melakukan studi terhadap 60 anak-anak usia 4 tahun dengan memberikan mereka tiga tugas yang berbeda. Ketiga tugas tersebut dilakukan selama 9 menit.

Tugas kelompok pertama adalah mewarnai gambar. Kemudian kelompok kedua diberi tugas menonton animasi kartun mengenai serial animasi tentang spons yang tinggal di bawah laut.

Lalu untuk kelompok ketiga, para peneliti menugaskan mereka untuk menonton tayangan kartun realistis tentang kegiatan anak usia pra-sekolah.

Meski demikian, penulis utama penelitian, Dr Angeline Lilliard tidak bersedia mengonfimasi tayangan apa yang diberikan kepada anak-anak tersebut. Namun dari deskripsi yang tersedia, tayangan yang digunakan adalah animasi anak-anak SpongeBob Squarepants dan acara PBS, Caillou.

Kedua tayangan tersebut dipilih karena memiliki tipe yang berbeda. Acara SpongeBob Squarepants mengalami perubahan adegan setiap 11 detik dengan banyak gerakan dan adegan yang ramai.

Sementara acara PBS merupakan tayangan yang menyajikan gambar yang lebih lambat dan berubah setiap 34 detik atau lebih.

Setelah anak-anak selesai menonton televisi atau mewarnai, para peneliti lalu meminta mereka menyelesaikan berbagai tugas untuk mengukur kontrol dan kemampuan otak untuk fokus.

Anak-anak tersebut kemudian melakukan tes dengan mengikuti petunjuk seperti memindahkan barang dari satu pasak ke pasak lainnya, memainkan permainan Simon Says, di mana mereka diminta menyentuh beberapa bagian tubuh. Selain itu, anak-anak tersebut juga diminta untuk mempraktikkan urutan angka secara berulang-ulang.

Para peneliti juga memberi anak-anak tes marshmallow untuk mengetahui pengendalian diri mereka. Para peneliti mengeluarkan marshmallow dan meninggalkan anak-anak tersebut.

Sebelum mereka pergi, para peneliti memberitahu anak-anak bahwa mereka dapat membunyikan bel dan memakan dua buah marshmallow, asalkan mereka memiliki sedikitnya 10 marshmalow.

Beberapa tes yang dilakukan terbukti dapat memprediksi seberapa besar kontrol diri anak-anak.

Dari beberapa tes yang dilakukan, para peneliti kemudian menghitung dan memberikan skor pada anak-aank tersebut untuk mmebandingkan seberapa baik masing-masing kelompok.

Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa mereka yang mengikuti tayangan SpongeBob secara konsisten memiliki skor yang lebih buruk dari seluruh tes yang diberikan.

Misalnya, skor standar rata-rata untuk anak yang menonton program PBS pada tes marshmallow adalah sekitar 0,2. Untuk seorang anak yang menonton tayangan animasi populer tersebut mendapatkan nilai hampir mendekati minus 0,5.

Anak-anak yang menonton kartun yang berjalan lambat tampil pada tingkat yang sama dengan anak-anak yang menghabiskan waktu untuk mewarnai.

Dengan kata lain, tayangan mengenai animasi spons tersebut memengaruhi anak-anak pada tugas-tugas yang membutuhkan fokus dan kontrol diri, daripada mereka yang menonton kartun dengan gambar lambat serta mewarnai.

Hal ini kemudian menunjukkan, kebiasaan menonton televisi tidak menyebabkan gangguan, namun jenis tayangan yang ditonton.

"Adalah salah bagi orang-orang untuk membuat generalisasi berlebihan dan mengatakan SpongeBob adalah pertunjukan yang buruk dan Caillou adalah pertunjukan yang bagus. Ini bukan tentang pertunjukan spesifik. Ini tentang fitur pertunjukan itu," ujar Dimitri Christakis dari Seattle Children's Research Institute di University of Washington.

Ia mengungkapkan pertunjukan seperti Sesame Street dianggap lebih mudah dan tidak membebani otak anak-anak. Meski begitu, teori ini belum diuji.

https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/15/180000065/studi--spongebob-squarepants-pengaruhi-fokus-dan-kontrol-diri-anak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke