Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Betulkah Reinkarnasi Tidak Ada? (3) Ide Kelahiran Kembali dalam Sejarah Pemikiran Manusia

Kompas.com - 14/09/2019, 15:00 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Heru Margianto

Tim Redaksi


Ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya. Sebelum melanjutkan membaca silakan baca serial pertama dan kedua

-----------------------

BETULKAH reinkarnasi atau kelahiran kembali tidak ada?

Ilmu pengetahuan, khususnya bidang ilmu psikatri, menemukan ingatan-ingatan di alam bawah sadar manusia tentang kehidupan-kehidupan sebelum saat ini, bahkan ingatan tentang kehidupan setelah kematian.

Sejumlah psikiater menggunakan metode hipnosis kehidupan masa lalu sebagai cara penyembuhan gangguan emosional. Sejumlah peneliti meyakini ada kaitan antara kondisi fisik dan emosional dengan kehidupan sebelumnya. Baca juga: Betulkah Reinkarnasi Tidak Ada? (2): Ingatan tentang Kehidupan Sebelumnya dan Mengintip Akhirat

Gagasan kelahiran kembali sesungguhnya bukan cerita baru. Idenya sudah ada sedemikian purba di belakang sejarah peradaban kita.

Catatan tertua tentang reinkarnasi muncul dari peradaban India, periode Weda, 1500-500 sebelum masehi.

Dikutip dari Encyclopedia of Time: Science, Philosophy, Theology, & Culture (2009), reinkarnasi bisa didefinisikan sebagai pandangan tentang adanya lebih dari satu kehidupan manusia, juga hewan, dan tumbuhan.

Reinkarnasi biasanya dikaitkan dengan hukum karma. Penganut Hindu, Buddha, dan Jain percaya bahwa tindakan kita saat ini akan berdampak di kehidupan selanjunya.

Di Hindu, proses lahir dan lahir kembali ini berlangsung selamanya sampai individu mencapai moksa atau kebebasan dari ikatan duniawi.

Penganut Jain percaya moksa bisa terwujud dengan hidup ahimsa atau tanpa kekerasan.

Sementara di agama Buddha, reinkarnasi adalah hukuman jika individu tak mampu melepas hasrat dan nafsunya di akhir hidupnya. Reinkarnasi pertama dikenalkan oleh Siddharta Gautama sendiri.

Selain muncul di peradaban India, reinkarnasi juga muncul di peradaban Yunani awal. Orphic, agama di Yunani saat itu, sekitar 6 tahun sebelum masehi, mengajarkan soal reinkarnasi.

Penemu agamanya, Orpheus mengatakan jiwa itu abadi dan ingin bebas. Raga adalah penjaranya. Ajaran dari tanah India diduga mempengaruhi ajaran Orphic.

Ia percaya jiwa manusia bisa pindah dari satu raga ke raga lainnya. Tiap pindah, jiwa kehilangan ingatan akan masih lalu. Hidup yang dijalani sekarang dianggap seolah hidup untuk pertama kalinya.

 

Socrates (kiri) bersama Plato (kanan), muridnya.SHUTTERSTOCK Socrates (kiri) bersama Plato (kanan), muridnya.

Filsafat Yunani, Timur Tengah, hingga Asia

Ide tentang kelahiran kembali juga dibahas dalam pemikiran-pemikiran filsafat di era Yunani kuno.

Pythagoras--yang tersohor karena teoremanya dalam geometri--meyakini adanya hidup setelah mati. Begitu pula pemikir setelahnya, Plato.

Dalam karangannya Phaedo, Plato menyebut gurunya, Socrates menyatakan yakin akan adanya hidup setelah mati.

Plato juga menulis Myth of Er dalam dialognya Republic, yang menceritakan mitos seorang lelaki bernama Er. Ceritanya, Er bangkit lagi setelah mati 12 hari. Tak hanya hidup lagi, Er juga mampu menguak tabir semesta.

Plato yakin jiwa tak bisa dihancurkan.

Kemudian di peradaban Timur Tengah, ajaran Yudaisme meyakini adanya siklus kehidupan. Dalam Kitab Zohar yang merupakan kitab mistisisme Yahudi, diajarkan bahwa Nabi Musa lahir kembali di setiap generasi.

Namun agama Ibrani setelahnya, Katolik, Kristen, dan Islam, tak meyakini adanya reinkarnasi. Dalam Katolik dan Islam, diyakini manusia hanya hidup sekali dan akan mempertanggung jawabkan perbuatannya di bumi.

Di Cina, keyakinan Tao mempercayai reinkarnasi. Dalam kitab Zhuangzi yang ditulis di tahun 476 sebelum masehi, disebut bahwa lahir bukanlah awal dan mati juga bukanlah akhir. Eksistensi manusia tak berujung dan tak terbatas.

Memasuki abad pertengahan Eropa, masyarakat mengucilkan mereka yang percaya pada reinkarnasi. Konsep itu dianggap sesat. Ketidakpercayaan akan reinkarnasi ini berlanjut hingga era Renaissance.

Baru pada abad ke-19 konsep reinkarnasi kembali dikaji di barat. Sejumlah filsuf dan tokoh yang menggelutinya yakni Schopenhauer, Nietzsche, Henry David Thoreau, Walt Whitman, Ralph Waldo Emerson, hingga Francis Bowen.

Di abad ke-20, reinkarnasi dipelajari oleh mereka yang berkecimpung dalam disiplin psikologi dan psikiatri. Dulunya psikologi adalah cabang ilmu filsafat yang akhirnya berdiri sendiri.

Biasanya, menguak kehidupan masa lalu dilakukan dengan metode hipnoterapi. Bagaimana praktik hipnoterapi di Indonesia? 

Bersambung...


Baca artikel berikutnya: Betulkah Reinkarnasi Tidak Ada? (4) - Hipnosis dan Misteri Alam Bawah Sadar Manusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com