Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dengan Sepeda Lipat, 2 Pesepeda Indonesia Taklukkan Paris-Brest-Paris Sejauh 1.200 Km

Kompas.com - 28/08/2019, 09:36 WIB
Sari Hardiyanto

Editor

KOMPAS.com - Dua pesepeda asal Indonesia yakni Sandi Adila (36) dan Hendriyanto Wijaya (33) berhasil menaklukkan event bergengsi bersepeda jarak jauh Paris-Brest-Paris (PBP) baru-baru ini.

Mereka berhasil finish dan menyelesaikan event 4 tahunan dari klub sepeda Paris yakni Audax Club Parisien (ACP) tersebut dengan waktu tempuh 82 jam 53 menit. Panjang rutenya sekitar 1.200 km.

Uniknya mereka berhasil menyelesaikan ajang bersepeda yang digelar pada 18-22 Agustus 2019 tersebut dengan menggunakan sepeda lipat. Selain Sandi dan Hendriyanto (Toto), juga ada Vidi Widyastomo yang menggunakan roadbike dari bambu.

Menurut Sandi, dari 6.000 peserta di seluruh dunia yang mengikuti (PBP), hanya sekitar 15-20 persen yang tidak berhasil mencapai garis akhir. Dari Indonesia ada 3 orang yang dapat menuntaskan event tersebut yakni dirinya, Hendriyanto Wijaya dan Vidi Widyastomo.

"Dari Indonesia yang ikut ada 13 orang, tapi yang finish hanya 3 orang yakni Saya, Toto dan Vidi. Saya dan Toto pakai sepeda lipat, sedang Vidi dengan roadbike sepeda bambu," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (27/8/2019).

Selain disajikan rute perbukitan, sebelum mengikuti Paris-Brest Paris, setiap peserta harus lolos dalam setiap kualifikasi yang telah disyaratkan.Dokumen Pribadi Selain disajikan rute perbukitan, sebelum mengikuti Paris-Brest Paris, setiap peserta harus lolos dalam setiap kualifikasi yang telah disyaratkan.
Bagi Sandi, event tersebut sangat luar biasa. Pasalnya selain diikuti oleh ribuan penggila sepeda dari seluruh dunia, waktu tempuh yang dibatasi menjadi salah satu faktor yang membuatnya tertantang.

"Jadi waktunya itu dibatasi maksimal 90 jam. Meski summer, tapi di malam hari suhunya bisa minus 4 derajat," imbuh dia.

Event PBP tersebut, kata pria yang berprofesi sebagai lawyer ini merupakan event bergengi bersepeda yang sifatnya mandiri. Artinya peserta bebas memilih gowes di malam atau siang hari, asalkan waktu tempuhnya tidak melebihi dari 90 jam.

"Jadi sifanya mandiri, tidak boleh ada dukungan, bantuan apapun," kata dia.

Menyelesaikan 1.200 km dengan 82 jam, menurutnya bukanlah perkara mudah. Selain harus pintar membagi waktu, persiapan dari segi fisik juga harus maksimal. Bahkan ia dan Toto sudah melakukan persiapan untuk mengikuti event tersebut 2 bulan sebelumnya.

Kecelakaan Sewaktu Berlatih

Mulai dari gowes 200 km, 300 km dan paling jauh yakni gowes 600 km di Jogja. "Jadi sebelum ikut PBP di Paris, harus mengikuti seleksi dulu di Indonesia. Ada semacam kualifikasinya. Jadi tidak bisa langsung ikut begitu saja," beber Sandi.

Kendala sempat ditemui Sandi sewaktu persiapan. Dua bulan sebelum pelaksanaan PBP, atau tepatnya pada 15 Juni, dirinya terlibat kecelakaan sewaktu berlatih. Tulang pinggulnya retak dan tulang bahunya patah sehingga harus dioperasi.

"Selama satu bulan saya memakai tongkat. Setelah itu harus mulai dari nol lagi, dengan latihan di rumah. Dua minggu persiapan, Alhamdulillah bisa finish," katanya bercerita panjang.

Kecintaan Sandi dengan sepeda, awalnya hanya bertujuan untuk menurunkan berat badan. Maklum berat badannya sampai menyentuh 96 kg di 2017. Berangkat dari situlah, sepeda menjadi bagian dari hidupnya.

"Awalnya memang cuma untuk nurunin berat badan. Tapi akhirnya berlanjut, ke kantor sepedaan, dan sampai mobil ikut saya jual," kata pria yang tinggal di Duren Sawit, Jakarta Timur ini.

Setiap peserta PBP diharuskan untuk menyelesaikan kegiatan bersepeda sejauh 1.200 km di rute yang telah ditentukan oleh panitia dalam waktu selambat-selambatnya 90 jam. Dokumen Pribadi Setiap peserta PBP diharuskan untuk menyelesaikan kegiatan bersepeda sejauh 1.200 km di rute yang telah ditentukan oleh panitia dalam waktu selambat-selambatnya 90 jam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com