Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Peristiwa Sejarah 25 Januari: Pertempuran Lengkong dan Hari Bakti Taruna Akademi Militer

Peringatan tersebut untuk memperingati Pertempuran Lengkong yang terjadi pada 25 Januari 1946. 

Diktuip dari buku Siliwangi dari Masa ke Masa (1979) disebutkan, Pertempuran Lengkong merupakan pertemuran antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan pasukan Jepang di Desa Lengkong, Banten.

Akibat pertempuran ini, sebanyak 37 orang dari pihak Indonesia menjadi korban jiwa, salah satunya Mayor Daan Mogot.

Penyebab terjadinya Pertempuran Lengkong

Penyebab terjadinya Pertempuran Lengkong berawal dari kabar kembalinya Belanda ke Indonesia dengan membonceng Sekutu setelah mengalahkan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.

Berdasarkan dari kabar yang berembus, pasukan Sekutu tiba di Bogor, jawa Barat pada 24 Januari 1946.

Setibanya di Bogor, pasukan Sekutu melanjutkan perjalanan berangkat ke Lengkong untuk melucuti senjata para serdadu Jepang.

Resimen IV Tangerang yang mendengar kabar tersebut pun tidak tinggal diam.

Hanya dengan pasokan senjata seadanya, Resimen IV Tangerang berencana mendahului Sekutu ke Lengkong untuk lebih dulu melucuti senjata Jepang.

Guna melancarkan aksinya tersebut, Resimen IV Tangerang berunding bersama kantor penghubung tentara di Jakarta.

Dalam perundingan, Mayor Wibowo dari Akademi Militer Tangerang mengusulkan agar operasi ke Lengkong dapat menyertakan serdadu Inggris yang sudah keluar dari kesatuannya dan berpihak kepada Indonesia.

Tujuan hal ini dilakukan agar operasi dapat berjalan damai, yaitu dengan berpura-pura menyatakan bahwa pelucutan senjata serdadu Jepang sudah mendapatkan izin dari pihak Sekutu.

Usulan diterima pada 25 Januari 1946 dan operasi Lengkong dimulai.


Jalannya pertempuran

Dalam jurnal Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah (2021) dijelaskan, Pertempuran Lengkong melibatkan tiga orang perwira, dua pleton taruna dari Akmil Tangerang yang dipimpin oleh Mayor Daan Mogot, serta empat mantan serdadu Inggris.

Setibanya di Lengkong, Mayor Daan Mogot bertemu dengan wakil serdadu Jepang Kapten Abe untuk membicarakan maksud kedatangan Resimen IV Tangerang.

Selagi Mayor Daan Mogot berbincang dengan Kapten Abe, sebagian taruna mulai mengambil senjata milik Jepang dan mengangkutnya ke atas truk.

Namun di tengah diskusi berlangsung, tiba-tiba terdengar suara senapan yang entah berasal dari mana.

Suara tembakan itu pun memicu ketegangan di luar, di mana serdadu Jepang yang tadinya tenang langsung bersiap untuk menyerang.

Para serdadu Jepang mengambil posisi dan mulai menembaki tentara Indonesia.

Mendengar suara baku tembak yang terjadi, Mayor Daan Mogot segera keluar untuk menghentikan serangan, tetapi tidak dihiraukan.

Nahasnya, Mayor Daan Mogot juga ikut menjadi korban.

Akhir pertempuran

Selama baku tembak berlangsung, sebagian tentara Indonesia berhasil menyelamatkan diri dan sebagiannya lagi ditawan oleh Jepang.

Satu hari berlalu, tanggal 26 Januari 1946, Resimen IV menghubungi kantor penghubung di Jakarta.

Lalu, disepakati bahwa Jepang akan membebaskan tawanan dari pihak Indonesia.

Selain itu, para korban yang sudah dikubur seadanya juga akan kembali dimakamkan secara layak.

Dampak pertempuran lengkong

Dalam pertempuran Lengkong, terhitung 37 orang Indonesia menjadi korban. Selain Mayor Daan Mogot, Letnan Soebianto dan Letnan Soetopo juga turut menjadi korban.

Semua korban yang gugur dalam Pertempuran Lengkong dikuburkan kembali secara layak pada 29 Januari 1946 di Kompleks Markas Resimen IV (sekarang Taman Makam Pahlawan Taruna di Tangerang Selatan).

Untuk mengenang peristiwa ini, setiap tanggal 25 Januari diperingati sebagai Hari Bakti Taruna Akademi Militer.

https://www.kompas.com/tren/read/2024/01/25/073000965/peristiwa-sejarah-25-januari--pertempuran-lengkong-dan-hari-bakti-taruna

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke