Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pernah Membuat Hitler Marah, Berikut 5 Kontroversi Penghargaan Nobel Prize

KOMPAS.com - Nobel Prize (hadiah Nobel) merupakan salah satu penghargaan internasional paling bergengsi.

Dikutip dari laman resminya, Nobel Prize adalah penghargaan internasional yang diselenggarakan oleh Yayasan Nobel di Stockholm, Swedia, dan berdasarkan kekayaan Alfred Nobel, penemu dan pengusaha Swedia.

Nobel Prize didirikan ketika pengusaha Alfred Nobel meninggal dan mewariskan sebagian besar kekayaannya untuk pemberian hadiah di bidang fisika, kimia, fisiologi atau kedokteran, sastra, dan perdamaian.

Hadiah tersebut harus diberikan kepada mereka yang, pada tahun sebelumnya, telah memberikan kontribusi dan manfaat terbesar bagi umat manusia.

Hadiah Nobel pertama kali diberikan pada tahun 1901 dan sejak itu menjadi salah satu penghargaan paling bergengsi di dunia.

Namun, terlepas dari semua itu, penghargaan ini tidak dapat terlepas dari dugaan skandal dan kontroversi.

Dilansir dari laman Encyclopedia Britannica, berikut adalah beberapa skandal kontroversi Nobel Prize:

1. Konflik Kepentingan

Pada 2008 Harald zur Hausen menerima hadiah untuk bidang fisiologi atau kedokteran atas penemuannya tentang virus papiloma manusia (HPV) dan kaitannya dengan kanker serviks.

Namun yang menjadi masalah, perusahaan farmasi AstraZeneca yang memproduksi vaksin HPV, termasuk yang mensponsori situs Nobel Prize.

Selain itu, ada dua anggota panel yang memilih zur Hausen memiliki hubungan dengan AstraZeneca. Kondisi tersebut menimbulkan dugaan adanya konflik kepentingan.

Penghargaan Nobel Prize menimbulkan kemarahan Hitler setelah jurnalis Jerman Carl von Ossietzky (seorang kritikus Hitler yang vokal) dianugerahi Nobel perdamaian tahun 1935.

Hitler kemudian melarang semua warga Jerman menerima Hadiah Nobel dan menciptakan Penghargaan Nasional Jerman untuk Seni dan Sains sebagai alternatif.

Akhirnya Richard Kuhn (1938, kimia), Adolf Butenandt (1939, kimia), dan Gerhard Domagk (1939, fisiologi atau kedokteran) terpaksa menolak penghargaan Nobel mereka.

3. Penolakan Jean-Paul Sartre dan Le Duc Tho

Meskipun sebagian besar orang menganggap Nobel Prize sebagai suatu kehormatan besar, dua pemenang secara sukarela menolak penghargaan tersebut.

Jean-Paul Sartre, yang menolak semua penghargaan resmi, tidak mau menerima hadiah Nobel sastra pada tahun 1964.

Kemudian pada 1974, Le Duc Tho bersama Henry Kissinger, berbagi hadiah perdamaian atas upaya mereka mengakhiri Perang Vietnam.

Namun Tho menolak untuk menerimanya, dengan mengatakan bahwa “perdamaian belum terjalin.”

Pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Yasser Arafat mendapatkan penghargaan Nobel Perdamaian pada 1994.

Ia berbagi penghargaan dengan Yitzhak Rabin dan Shimon Peres dari Israel atas kerja mereka dalam Perjanjian Oslo, yang merupakan bagian integral dari proses perdamaian antara Palestina dan Israel.

Namun, banyak kritikus yang mencatat bahwa ketika Arafat menjabat sebagai pemimpin Fatah, kelompok PLO terlibat dalam aksi terorisme.

5. Diskriminasi perempuan

Sampai dengan tahun 2022, Nobel Prize telah diberikan kepada 960 orang dan 30 organisasi.

Dari para pemenang, hanya ada 61 perempuan, sehingga beberapa orang berpendapat bahwa panitia hadiah mengabaikan perempuan.

Salah satu kontroversi paling terkenal adalah Jocelyn Bell Burnell, yang menemukan pulsar pada tahun 1967 dan kemudian menerbitkan makalah bersama penasihatnya, Antony Hewish.

Namun, hanya Hewish dan rekan lainnya, Martin Ryle, yang diberi Hadiah Nobel Fisika pada tahun 1974 atas penemuan pulsar tersebut.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/11/113000865/pernah-membuat-hitler-marah-berikut-5-kontroversi-penghargaan-nobel-prize

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke