Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alat Kontrasepsi Bentuk Koyo Efektif Cegah Kehamilan? Ini Kata Dokter Boyke

Video tersebut dibagikan akun Instagram ini, Minggu (18/6/2023).

Dalam unggahan tersebut, tampak pengunggah memasang koyo yang ia sebut merupakan alat kontrasepsi atau keluarga berencana (KB).

"KB dalam bentuk koyo?" tulis pengunggah.

Unggahan tersebut lantas mendapatkan beragam komentar dari warganet lainnya. Beberapa dari mereka meragukan fungsi koyo tersebut.

"Masa? Jadi kader selama ini gak pernah dikasih tau tim PLKB kalau ada KB ini," kata akun @putrii***.

"kalian percaya?? Gw si kaga," ujar pemilik akun @ininoval***.

Sementara akun @jhee**** mengaku pernah memakai alat kontrasepsi tersebut yang berasal dari Singapura. Menurutnya, koyo ini termasuk alat kontrasepsi hormonal yang banyak beredar di luar negeri.

Hingga Senin (14/8/2023), video tersebut disukai oleh 54.616 pengguna Instagram.

Lantas, benarkah alat kotrasepsi berbentuk koyo ini berfungsi mencegah kehamilan?

Penjelasan dokter 

Dokter spesialis ginekologi dan seksolog Boyke Dian Nugraha menyebutkan bahwa memang ada alat kontrasepsi berbentuk seperti koyo, plester, tambalan, atau patch.

Ia menjelaskan, alat KB bentuk koyo ini berisi hormon-hormon kewanitaan. Manfaatnya sama dengan alat kontrasepsi lain seperti pil KB.

"Isinya (hormon) estrogen dan progesteron seperti pil KB aja. Hanya zat aktifnya diserap melalui kulit," jelasnya kepada Kompas.com, Senin (14/8/2023).

Boyke melanjutkan, koyo ini bekerja dengan cara melepaskan hormon estrogen dan progesteron ke kulit. Hormon tersebut dapat mencegah pelepasan sel telur ke rahim.

"Sama seperti pil KB mencegah terjadinya pembuahan dengan mengentalkan lendir serviks sehingga pembuahan menjadi sulit," tambahnya.

Untuk memakai alat kontrasepsi koyo, pengguna dapat menempelkannya di kulit bagian mana pun. Tidak harus di dekat alat kelamin.

Meski begitu, Boyke memastikan koyo ini tetap berfungsi karena hormon tadi bisa terserap dengan baik di kulit walau ditempel jauh dari alat kelamin.

Terkait kemampuannya mencegah kehamilan, ia juga memastikan koyo ini mampu menjadi alat kontrasepsi bagi wanita.

"Efektiflah pasti. Sudah ada penelitiannya sebelum dipakai masyarakat," tegas dia.

Cara pakai alat kontrasepsi koyo

Dilansir dari situs Layanan Kesehatan Nasional AS (NHS), alat kontrasepsi koyo ini bisa ditempelkan di bagian kulit mana pun.

Perlu diperhatikan, kulit yang ditempel sebaiknya dalam keadaan bersih, kering, dan tidak terlalu berbulu.

Koyo ini tidak boleh dipasang di kulit yang sakit atau teriritasi, di lekukan yang mudah terlepas, ataupun di dada.

Berikut cara pemakaiannya:

  • Tempelkan koyo di kulit selama seminggu.
  • Ganti koyo baru setiap hari kedelapan. Lakukan selama tiga minggu berturut-turut.
  • Kemudian, beri jeda seminggu tanpa pemakaian koyo.
  • Selanjutnya, pasang koyo dan mulai siklus pemakaian selama empat minggu.

Koyo tersebut tahan air sehingga seharusnya dapat dipakai saat mandi, berenang, dan olahraga.

Namun, penggunanya berpotensi mengalami peningkatan tekanan darah dan efek samping berupa sakit kepala.

Meski koyo ini dapat dipakai untuk mencegah kehamilan, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan kondisi tubuh dapat menggunakannya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/08/14/201500365/alat-kontrasepsi-bentuk-koyo-efektif-cegah-kehamilan-ini-kata-dokter-boyke

Terkini Lainnya

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke