Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ramai soal Jambore Pramuka Dunia di Korsel, Kwarnas: Kita Tetap di Arena!

Sayangnya, cuaca panas di Korea Selatan membuat pelaksanaan jambore tersebut dilanda berbagai masalah.

Contohnya, banyak peserta sakit karena cuaca panas serta fasilitas makan dan sanitasi yang kurang memadahi.

Kondisi tersebut membuat para orangtua peserta kontingen khawatir dan meminta pemerintah turun tangan dan berbuat sesuatu demi keselamatan para peserta.

Lantas, bagaimana tanggapan Kwarnas?

Kwarnas buka suara

Wakil Ketua Humas Kwartir Nasional (Kwarnas) Berthold Sinaulan menegaskan, kontingen Tanah Air akan tetap bertahan di area jambore meskipun cuacanya panas.

"Kita tetap di arena Jambore. Karena situasi bisa ditangani dengan kontingen dan didukung penuh oleh KBRI Seoul," ujarnya kepada Kompas.com, Minggu (6/8/2023).

Ia membenarkan adanya beberapa anak yang harus dirawat karena kepanasan, kaki terluka, serta terkilir. Namun, semuanya berhasil dirawat dengan baik dan boleh kembali ke tenda.

Menurut Berthold, KBRI di Korea Selatan juga menyiapkan fasilitas dan bantuan bagi peserta Indonesia.

"Ada empat orang dokter kontingen yang berkeliling dengan mobil dari KBRI di Korea," ucap dia.

Sebagai antisipasi, pendamping dari Indonesia terus memantau dan mengawasi kesehatan para peserta dengan melakukan patroli setiap hari. Apabila cuaca terlalu panas, pihaknya juga akan melarang pelaksanaan kegiatan.

Berthold menambahkan, pemerintah Korea Selatan juga telah melakukan perbaikan pada acara tersebut. Semisal untuk sanitasi, ratusan tenaga kebersihan sudah dikerahkan untuk membersikan kamar mandi.

"Termasuk penyelenggara juga telah memperbaiki jalan yang tergenang air serta mengadakan fasilitas transportasi. Dokter dan paramedis serta peralatan kesehatan ditambah," bebernya.

Sarana untuk mengatasi cuaca panas, seperti penyiraman jalan di pagi dan siang hari, bus berpendingin udara, sejumlah terowongan peneduh, dan payung juga disediakan bagi peserta.

Ia mengetahui kondisi di area jambore ketika menghubungi putrinya, Kayla Salsabila, salah satu anggota unit 22 dari SMA Labschool Cibubur.

Menurutnya, jambore ini dilaksanakan di area gersang di tengah cuaca Korea Selatan yang sangat panas. Kondisi ini menyebabkan ratusan peserta dirawat di rumah sakit.

Selain itu, makanan yang disediakan panitia kurang mengenyangkan dan bernutrisi. Jika ingin beli dari toko, jaraknya terlalu jauh dan harus mengantri karena jumlah yang tidak sesuai dengan keseluruhan peserta.

Di sisi lain, sarana sanitasi juga dianggap kurang baik. Panitia hanya memberi sekat antarbilik toilet dengan kain. Sampah dan kotoran juga berserakan.

"Ini bukan lagi melatih kemandirian dan menghadapi tantangan hidup serta kebersamaan. Ini namanya survival work, kayak dilepas di hutan. Mending kalau hutannya asri, ini gersang," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Minggu (6/8/2023).

Selain itu, Herzaky mengaku banyak anak yang merasa kelaparan, kehausan, kelelahan, bahkan terluka dalam kegiatan tersebut. Ia juga mengkhawatirkan kesehatan mental para anak-anak.

"Keselamatan dan kesehatan anak-anak kita sangatlah berharga. Jangan memaksakan untuk melanjutkan ini," tambah dia.

Jika bermasalah, ia mendorong peserta dipulangkan ke Indonesia atau pindah ke lokasi lain yang lebih layak, seperti penginapan di Seoul.

Tindakan tersebut dilakukan kontingen lain, seperti dari Inggris, Amerika Serikat, Belgia, Singapura, Hongkong, dan Italia.

"Harusnya pemerintah Indonesia melakukan tindakan serius," tegasnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/08/06/161500165/ramai-soal-jambore-pramuka-dunia-di-korsel-kwarnas--kita-tetap-di-arena-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke