Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menjadi “Social Justice Warrior” di Indonesia

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Rizky Nauvalif

KOMPAS.com - Keadilan adalah hak yang harus dimiliki oleh seluruh manusia di muka bumi. Sayangnya, tak semua orang bisa mendapat keadilan yang sama. Hal inilah yang memicu timbulnya Social Justice Warrior (SJW) atau pejuang keadilan.

Sayangnya, gerakan ini sekarang memiliki konotasi yang negatif. Keadilan yang sedang diperjuangkan pun akhirnya jarang didengarkan hingga akhirnya banyak orang dan warganet melabeli SJW dengan orang yang ‘sok berkeadilan’.

Namun, hal ini berbeda dengan Kukuh dan Dwik. Dalam siniar Balada +62 episode “Semua akan SJW Pada Waktunya” dengan tautan dik.si/Balada62S2E2, keduanya kesal dengan orang-orang yang mengolok-olok SJW.

Mengapa Social Justice Warrior (SJW) Punya Konotasi Negatif?

Mengutip Washington Post, perubahan konotasi ini puncaknya adalah Gamergate pada 2014, yaitu gerakan perlawanan terhadap gamers perempuan yang sedang membentuk ruang aman bagi perempuan karena maraknya candaan seksis di dunia game online.

Namun, pergeseran makna ini sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2010-an. Padahal, SJW berarti orang-orang yang memperjuangkan kesetaraan, lingkungan, dan gender. Hal ini disebabkan moral progresif mereka secara radikal berbeda dari nilai-nilai dominan sehingga kerap memicu kontroversi.

Menurut Merriam Webster, istilah ini bahkan sudah ada sejak 1940-an dan tidak berada dalam konotasi negatif.

Kemunculan konotasi negatif ini diawali karena SJW yang kerap merecoki argumen atau opini yang bertolak belakang dengan prinsip hidupnya. Mereka dengan teguh berpegang pada argumen atau prinsip yang dipegang hingga tak sadar untuk memahami orang lain.

Itu sebabnya, mereka juga kerap diberi label “open minded” yang terlalu berlebihan. Argumen atau debat yang mereka lontarkan terkadang lebih menjurus untuk memoles reputasi mereka agar orang-orang melihatnya sebagai sosok progresif dan positif.

Sayangnya, argumen mereka kebanyakan tak berbobot atau kosong. Bahkan, tak jarang mereka tidak atau kurang memahami isu yang sedang diperjuangkan sehingga debat tersebut pun tidak menghasilkan diskusi yang sehat. Alih-alih kesempatan itu hanyalah ajang SJW untuk menunjukkan dirinya.

Misalnya saja, beberapa waktu lalu sempat ramai seorang perempuan yang memberi komentar soal kotak bekal. Ia menjelaskan kalau membuatkan kotak bekal merupakan salah satu manifestasi dari ketidakadilan gender.

Padahal, kenyataannya, sang istri tidak memiliki keberatan sama sekali dalam menyiapkan kotak bekal tersebut. Akhirnya, perempuan yang memberikan komentar negatif itu dilabeli SJW karena berargumen tanpa tahu ilmu dasarnya.

Itu sebabnya, penting bagi kita untuk tetap relevan dan menerapkan empati saat memperjuangkan keadilan. Pasalnya, saat sedang memperjuangkan keadilan, kita juga tidak boleh menginjak keadilan orang lain yang bukan target sasaran.

Hal ini dilakukan agar gerakan positif dari SJW tidak tertutupi oleh konotasi negatif yang sudah semakin menyebar. Untuk itu, sebelum berargumen, kita harus memahami isunya terlebih dahulu agar terjalin diskusi sehat yang menciptakan keadilan untuk semua orang.

Jangan takut juga jika ada kesalahan dalam berargumen. Turunkan ego merasa paling superior karena progresivitas yang dimiliki dengan memahami setiap perbedaan opini. Bisa jadi, opini dari orang lain bisa menjadi solusi atau bantuan dari masalah keadilan yang sedang diperjuangkan.

Dengarkan perbincangan lengkap Kukuh Adi dan Dwik seputar topik SJW hanya melalui siniar Balada +62 episode “Semua akan SJW Pada Waktunya” dengan tautan dik.si/Balada62S2E2 di YouTube.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/08/02/102027065/menjadi-social-justice-warrior-di-indonesia

Terkini Lainnya

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke