KOMPAS.com - Kegiatan masyarakat yang berjejer di Jembatan Sewo Indramayu sembari memegang sapu lidi, menjadi perbincangan warganet.
Bermula dari akun Twitter ini, pada Selasa (28/3/2023), di mana warganet menanyakan apa nama kegiatan tersebut.
Tampak dalam unggahan gambar, masyarakat duduk di pinggir jembatan dan menyodorkan sapu lidi ke arah pengendara yang lewat.
"Guys ini tuh maksudnya lg ngapain ya? knp pada bejejer megang sapu malem2? ini panjang bgt sampe ujung jembatan pada begini semua," tanya pengunggah.
Menanggapi unggahan tersebut, warganet pun turut mengutarakan pertanyaan serupa.
Menurut beberapa warganet, kegiatan dalam gambar merupakan tradisi warga untuk mengais rezeki dengan menyapu uang koin yang dilemparkan pemudik.
"Sama aja kayak ngemis dijalan gtu nder, ntar lemparin aja uangnya terus dia sapu buat ngambil, biasanya make uang koin," kata salah satu warganet.
Hingga Rabu (29/3/2023) sore, twit soal kegiatan di Jembatan Sewo Indramayu ini telah menuai lebih dari 1,8 juta tayangan dan mendapat lebih dari 10.000 suka dari pengguna.
Lantas, bagaimana sejarah tradisi menyapu koin di sepanjang Jembatan Sewo Indramayu?
Sejarah tradisi menyapu koin di Jembatan Sewo
Guru besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Agus Aris Munandar menjelaskan, kegiatan dalam gambar merupakan tradisi memberi sedekah uang yang dilakukan di Kali Sewo Barat, batas wilayah antara Subang dan Indramayu, Jawa Barat.
"Kali Sewo ada satu lagi di timur, batas antara Cirebon dan Indramayu. Asal mula riwayatnya cukup banyak dan berbeda-beda," ujar Agus, saat dihubungi Kompas.com, Rabu.
Meski berbeda-beda, menurut dia, tradisi ini pada prinsipnya adalah memberi sedekah kepada penduduk di perbatasan Indramayu.
Merunut sejarah, Agus menyampaikan, wilayah Indramayu dibatasi oleh Kali Sewo di sebelah barat dan timur.
Para pendiri Indramayu zaman dahulu pun meletakkan tuah bagi orang yang akan berbuat jahat dan berkhianat pada penduduk Indramayu.
"Jika melalui Kali Sewo, kesaktiannya punah," terang Agus.
Adapun kini, dia mengungkapkan, orang-orang Indramayu yang baik dan pulang merantau akan memberikan sebagian rezeki pada penduduk penjaga perbatasan.
"Tradisi itu agaknya telah lama mungkin dikaitkan dengan awal berdirinya Indramayu, tapi orang-orang yang ramai berderet itu baru belakangan saja," tuturnya.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan, orang-orang di Jembatan Sewo Indramayu akan berjejer terutama di hari-hari baik, waktu di mana orang akan bersedekah.
"Seperti pada Kamis malam Jumat, hari Jumat, bulan Ramadhan, dan lain-lain," ujarnya.
Polres Indramayu imbau tak dilakukan
Di sisi lain, Kapolres Indramayu AKBP Fahri Siregar mengimbau, agar tradisi tersebut tidak dilakukan.
"Karena dapat membahayakan bagi masyarakat tersebut dan juga pengguna jalan yang lain dikarenakan dapat menjadi faktor penyebab laka lantas," kata dia kepada Kompas.com, Rabu.
Fahri mengaku, tindakan imbauan oleh pihak kepolisian sudah sering dilakukan. Pihaknya juga berkoordinasi dengan tokoh masyarakat.
"Tindakan imbauan sudah sering dilakukan dan berkoordinasi dengan tokoh setempat untuk turut serta mengimbau masyarakat tersebut," pungkasnya.
https://www.kompas.com/tren/read/2023/03/29/200000465/tradisi-menyapu-koin-di-jembatan-sewo-indramayu-bagaimana-sejarahnya-