Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dukung Ganjar-Erick di Pilpres 2024, PAN Dinilai Menegaskan Diri sebagai Partai Penggembira

KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Institute of Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai, dukungan PAN untuk Ganjar Pranowo dan Erick Thohir di Pilpres 2024 semakin menegaskan posisinya sebagai partai penggembira.

"Seolah menegaskan posisinya sebagai 'partai penggembira' yang berstatus sebagai 'makmum' dan belum siap menjadi 'imam' dalam kompetisi politik di Indonesia," kata Umam kepada Kompas.com, Rabu (1/3/2023).

Padahal, langkah ini sebelumnya pernah dikritik keras oleh Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri saat berpidato di puncak acara HUT ke-50 partainya.

Saat itu, Megawati mengeluhkan perilaku partai-partai politik yang gemar 'mendompleng' popularitas kader partai lain.

Menurutnya, kritikan itu seolah mempertanyakan kualitas kaderisasi partai-partai lain yang tidak mampu mencetak kader potensial.

"Sentilan Megawati itu seolah relevan untuk ditanyakan kepada PAN yang kemarin mendukung Ganjar-Erick di hadapan Jokowi," jelas dia.

Untung rugi

Kendati demikian, Umam melihat dukungan PAN terhadap Ganjar-Erick ini juga di satu sisi menghadirkan keuntungan.

Ia menjelaskan, PAN berharap bisa mendapatkan coattail effect dari elektabilitas Ganjar, sekaligus barangkali kemungkinan suntikan logistik dari Erick sebagai kompensasi transaksional atas dukungan tersebut.

Namun, di sisi lain, PAN harus ingat bahwa ada sekitar 60 persen lebih pemilih Muhammadiyah yang menjadi 'pasar' mereka, cenderung tidak memilih Ganjar.

"Jika konfigurasi pilihannya 3 capres yakni Ganjar, Anies, Prabowo, maka mayoritas pemilih Muhammadiyah lebih memilih Anies," ujarnya.

Artinya, harapan coattail effect dan dukungan logistik yang diperoleh PAN berkat dukungannya terhadap Ganjar-Erick, berpeluang dihadapkan pada tantangan split-ticket voting.

Tantangan serupa berpeluang juga dihadapi oleh PPP jika memutuskan mendukung Ganjar-Erick.

Untuk itu, Umam mengingatkan bahwa tantangan ini harus benar-benar diantisipasi agar tidak berdampak signifikan terhadap perolehan suara partai.

Sebab, split-ticket voting bisa mengoreksi perolehan suara partai politik.

"Pengalaman PPP di Pemilu 2019 merupakan contoh riilnya, yang mana akibat dari split-ticket voting, akhirnya perolehan suara PPP anjlok dari 38 kursi di Pemilu 2014 menjadi 19 di Pemilu 2019," kata dia.

"Semua ini harus diantisipasi dengan baik, agar koreksi elektoral tidak terjadi di partai masing-masing," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan memberi dukungannya secara terang-terangan untuk Ganjar-Erick pada Pemilu 2024.

"Jalan-jalan ke Simpang Lima. Jangan lupa membeli lunpia. Kalau Pak Ganjar dan Pak Erick sudah bersama. Insya Allah Indonesia tambah Jaya," kata Zulhas di akhir pidatonya.

Namun, Zulkifli menyerahkan keputusan kepada Jokowi yang disebutnya sebagai panglima tertinggi.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/03/01/204500465/dukung-ganjar-erick-di-pilpres-2024-pan-dinilai-menegaskan-diri-sebagai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke