Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gara-gara HP, Pelajar SMP di Magelang Bunuh Temannya, Apa yang Terjadi?

KOMPAS.com - Seorang pelajar ditemukan meninggal dunia di perkebunan kopi di Desa Baleagung, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pada Kamis (4/8/2022).

Saat ditemukan, tubuh korban berinisial WS (13) yang masih duduk di bangku SMP ini penuh dengan luka.

Keterangan Kapolres Magelang AKBP Mochamad Sajarod Zakun, terduga pelaku adalah teman sekolah korban.

"Untuk sementara ini baru satu (terduga pelaku yang diamankan), yakni temannya yang mengajak keluar korban, dan yang bersangkutan juga sudah mengakui perbuatan itu," ujar Sajarod di Mapolres Magelang, dikutip dari Kompas.com, Jumat (5/8/2022).

Adapun berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, pelaku mengaku nekat menganiaya dan menghabisi nyawa korban karena takut ketahuan telah mencuri ponsel milik korban.

Lantas, mengapa seorang anak bisa nekat membunuh temannya? Bagaimana pandangan sosiolog terkait peristiwa ini?

Tersebarnya budaya kekerasan

Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono mengatakan, seorang anak yang membunuh menandakan telah tersebarnya budaya kekerasan pada masyarakat.

Budaya kekerasan ini, pada tingkat tinggi akan menyebabkan anak berani mengambil tindakan menghabisi nyawa orang lain.

"Budaya kekerasan ini muncul pada mereka (anak-anak) dari beberapa sumber, bisa saja dari media, termasuk juga belajar dari film-film," jelas Drajat kepada Kompas.com, Sabtu (6/8/2022).

Selain itu, imbuh Drajat, budaya kekerasan juga bisa berasal dari rumah. Misalnya, saat orang tua tidak akur dan tidak bisa menjaga konflik keluarga dari anak.

"Itu menimbulkan pemahaman pada anak bahwa kekerasan itu bisa ditolerir," tutur dia.

Guna mengendalikan budaya kekerasan yang berkembang di masyarakat, Drajat mengatakan bisa dilakukan dengan mengambil langkah-langkah preventif.

Langkah tersebut, salah satunya dengan pendidikan serta penanaman nilai-nilai kemanusian dan adab kepada anak-anak oleh satuan pendidikan, tokoh-tokoh agama, atau pihak lain.

Selanjutnya, bisa juga melalui upaya represif dalam bentuk penegakan hukum jika telah terjadi kekerasan.

Meski demikian, Drajat menuturkan, anak yang berhadapan dengan hukum kerap kali menimbulkan kebimbangan.

"Apakah anak itu akan dihukum seperti orang dewasa atau dia harus direhabilitasi supaya masa depan dia tidak rusak," ucap Drajat melanjutkan.

Tindakan kriminal akibat perubahan sosial

Lebih lanjut Drajat menjelaskan, kekerasan hingga tindakan pembunuhan yang dilakukan anak-anak bisa juga lantaran perubahan sosial yang tidak bisa diikuti oleh anggotanya.

Ia mencontohkan, keluarga yang tidak bisa mengikuti perubahan ekonomi masyarakat, sehingga masuk dalam golongan masyarakat miskin.

"Kalau saya melihat dari masalah HP ini kayaknya ini ada ketertinggalan itu. Jadi ada semacam deprivasi di mana anak melihat kenyataan di masyarakat semua orang sudah mempunyai HP, sementara dia belum bisa memakai atau membeli HP," ungkap Drajat.

Hingga akhirnya, si anak mencuri ponsel temannya dan melakukan pembunuhan pada korban karena takut ketahuan.

Tindakan tersebut, menurut Drajat, menyangkut perubahan sosial masyarakat.

Jika masyarakat tak bisa mengikuti, akan memunculkan pemikiran bahwa aspek material lebih penting dibanding aspek value atau nilai.

"Jadi yang penting itu punya tidaknya HP. Khawatir temannya tahu (sehingga dibunuh), maka nilai dari nyawa dan manusia itu menjadi lebih rendah daripada HP itu sendiri," ungkapnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/08/07/070500065/gara-gara-hp-pelajar-smp-di-magelang-bunuh-temannya-apa-yang-terjadi-

Terkini Lainnya

Cerita Dante Lauretta yang Dibayar NASA Rp 16,2 Triliun untuk Cegah Asteroid Tabrak Bumi

Cerita Dante Lauretta yang Dibayar NASA Rp 16,2 Triliun untuk Cegah Asteroid Tabrak Bumi

Tren
Profil Calvin Verdonk dan Jens Raven, Calon Penggawa Timnas yang Jalani Proses Naturalisasi

Profil Calvin Verdonk dan Jens Raven, Calon Penggawa Timnas yang Jalani Proses Naturalisasi

Tren
Bisakah Suplemen Kesehatan Mencegah Kantuk Layaknya Kopi?

Bisakah Suplemen Kesehatan Mencegah Kantuk Layaknya Kopi?

Tren
Kasus Sangat Langka, Mata Seorang Wanita Alami Kebutaan Mendadak akibat Kanker Paru-paru

Kasus Sangat Langka, Mata Seorang Wanita Alami Kebutaan Mendadak akibat Kanker Paru-paru

Tren
Cara Buat Kartu Nikah Digital 2024 untuk Pengantin Lama dan Baru

Cara Buat Kartu Nikah Digital 2024 untuk Pengantin Lama dan Baru

Tren
Saat Warganet Soroti Kekayaan Dirjen Bea Cukai yang Mencapai Rp 51,8 Miliar...

Saat Warganet Soroti Kekayaan Dirjen Bea Cukai yang Mencapai Rp 51,8 Miliar...

Tren
Sejarah Tanggal 2 Mei Ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional

Sejarah Tanggal 2 Mei Ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional

Tren
7 Instansi yang Sudah Membuka Formasi untuk CASN 2024

7 Instansi yang Sudah Membuka Formasi untuk CASN 2024

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Daerah yang Merasakan Gempa Bandung M 4,2 | Madinah Banjir Setelah Hujan Turun 24 Jam

[POPULER TREN] Daerah yang Merasakan Gempa Bandung M 4,2 | Madinah Banjir Setelah Hujan Turun 24 Jam

Tren
Batal Menggagas Benaromologi

Batal Menggagas Benaromologi

Tren
Bukan Pluto, Ilmuwan Temukan Bukti Baru Adanya Planet Kesembilan dalam Tata Surya

Bukan Pluto, Ilmuwan Temukan Bukti Baru Adanya Planet Kesembilan dalam Tata Surya

Tren
Disebut Hewan Pemalas, Berikut Beberapa Fakta Unik tentang Kungkang atau Sloth

Disebut Hewan Pemalas, Berikut Beberapa Fakta Unik tentang Kungkang atau Sloth

Tren
Ramai soal Aturan Warung Madura Buka 24 Jam, Ini Penjelasan Menkop-UKM

Ramai soal Aturan Warung Madura Buka 24 Jam, Ini Penjelasan Menkop-UKM

Tren
Ramai soal Mahasiswi Undip Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Mundur Usai Diungkap Warganet

Ramai soal Mahasiswi Undip Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Mundur Usai Diungkap Warganet

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke