Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Catatan Peristiwa Keracunan Gas Beracun di Dieng dari Tahun ke Tahun

Akibat insiden ini, seorang pekerja dinyatakan meninggal dunia lantaran menghirup gas beracun.

Sementara beberapa pekerja lainnya, hingga kini masih menjalani perawatan di rumah sakit.

Peristiwa keracunan gas di kawasan Dieng bukan kali ini saja terjadi. Tahun-tahun sebelumnya, peristiwa yang sama pernah terjadi dan bahkan hingga menimbulkan ratusan korban jiwa.

Gunung Dieng memiliki setidaknya 10 kawah yakni Sibanteng, Candradimuka, Sileri, Pagerkandang, Siglagah, Bitingan, Sikidang, Pakuwojo, Sinila, dan Timbang.

Dua kawah yang disebut terakhir, yakni Sinila dan Timbang, merupakan kawah Dieng yang paling aktif mengeluarkan gas beracun.

Berikut catatan keracunan gas yang pernah terjadi di Pegunungan Dieng:

Semburan gas beracun pada 1928

Dilansir dari Kompas.com (3/6/2011), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat, setidaknya terjadi 16 kali bencana kegunungapian sejak 1786.

Beberapa di antaranya, terjadi semburan gas beracun CO (karbon monoksida) pada 1928 di kawah Timbang.

Peristiwa tersebut mengakibatkan 39 korban meninggal.

Gas beracun pada 1939

Pada 1939, aktivitas di kawah Timbang kembali terjadi. Akibat semburan gas tersebut, sebanyak 10 korban jiwa melayang.

Letusan dan gas beracun pada 20 Februari 1979

Letusan dan gas beracun di Pegunungan Dieng, tepatnya di kawah Sinila, terjadi pada 20 Februari 1979.

Peristiwa tersebut terjadi dini hari, diawali dengan serangkaian gempa dan suara dentuman keras gunung meletus.

Tak hanya itu, tragedi 43 tahun lalu itu juga dibarengi dengan udara yang terasa panas dan bau belerang yang menyesakkan napas.

Dilansir dari Kompas.com (20/2/2020), penduduk desa hendak berlari namun terkepung lahar hasil letusan gunung.

Sebanyak 149 orang dinyatakan meninggal dunia akibat keracunan gas dan 998 orang diungsikan.

Peristiwa ini juga menyebabkan Desa Kepucukan dihapus dari peta Banjarnegara, dan seluruh warganya ditransmigrasikan ke Sumatera.

Gas beracun Mei 2011

Aktivitas gas beracun di kawah Timbang, Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, kembali terjadi pada Mei 2011.

Dilansir dari Kompas.com (31/5/2011), Kepala PVMBG Surono menjelaskan, keluarnya gas beracun dari rekahan tanah di sekitar kawah Timbang dipicu konsentrasi gas yang kian meningkat serta aktivitas kegempaan yang terus terjadi.

Tidak ada korban jiwa akibat peristiwa ini, dan semua warga diungsikan ke dua lokasi evakuasi yakni SMA 1 Batur dan Balai Desa Batur.

Gas beracun Kawah Timbang pada 2013

Kawah Timbang di Dataran Tinggi Dieng kembali mengeluarkan gas beracun pada 2013.

Hasil pantauan PVMBG saat itu, status Dieng dari Normal menjadi Waspada, dan dinaikkan kembali menjadi Siaga.

PVMBG juga meminta masyarakat untuk tidak berada dalam radius 1.000 meter dari kawah.

Tak ada korban jiwa yang terjadi akibat peristiwa ini, sementara para warga segera di evakuasi ke lokasi pengungsian.

(Sumber: Kompas.com/Penulis: Gregorius Magnus Finesso; Nur Fitriatus Shalihah | Editor Sari Hardiyanto; Heru Margianto)

https://www.kompas.com/tren/read/2022/03/13/123000865/catatan-peristiwa-keracunan-gas-beracun-di-dieng-dari-tahun-ke-tahun

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke