Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Penyakit Kusta, Penyebab, dan Seberapa Parah Bisa Menularkan

KOMPAS.com – Hari Kusta Sedunia 2022 jatuh pada Minggu, 30 Januari 2022.

Hari Kusta Sedunia diperingati setiap tahun pada Minggu terakhir pada Januari. Hari tersebut dipilih oleh aktivis kemanusiaan Perancis, Raoul Follereau pada 1953.

Peringatan Hari Kusta Sedunia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap keberadaan penyakit kusta, serta penderitanya.

Mengutip laman WHO, tema Hari Kusta Sedunia pada 30 Januari 2022 adalah “Bersatu untuk Martabat”.

Yang berarti mennyerukan persatuan dalam menghormati martabat orang yang pernah mengalami kusta.

Lantas sebenarnya apa itu penyakit kusta?

Mengenal penyakit kusta

Penyakit kusta atau yang dikenal sebagai penyakit Hansen adalah sebuah infeksi bakteri yang memengaruhi sitem saraf, kulit, hidung, dan mata.

Melansir dari MedicalNewsToday, dengan adanya perawatan dini pada penderita kusta, maka bisa mencegah terjadinya kerusakan permanen.

Penyakit kusta atau lepra disebabkan oleh Mycobacterium leprae.

Bakteri ini tumbuh lambat dan tak mudah menyebar. Sehingga mereka yang terkena penyakit ini sebenarnya bisa terus bekerja dan memiliki kehidupan yang aktif selama mereka melakukan perawatan.

Penyakit kusta seringkali diiringi informasi yang menyebar di masyarakat bahwa penyakit ini adalah sebuah penyakit yang sangat mudah ditularkan.

Namun saat ini para ahli mengetahui bahwa itu adalah hal tidak benar.

Selain itu, penyakit kusta juga bisa diobati, meskipun perawatan tidak dapat membalikkan kerusakan yang ada.

Gejala penyakit kusta

Penyakit kusta atau lepra berkembang sangat lambat. Hal ini karena gejala bisa muncul setelah 20 tahun usai terinfeksi.

Terkadang seorang penyintas tidak menyadari dirinya sudah terinfeksi sampai akhirnya gejala seperti kehilangan kemampuan merasa sakit muncul, atau kulit menunjukkan adanya perubahan.

Dari 90 persen orang dengan penyakit kusta atau lepra, gejala yang muncul pertama kali adalah mati rasa.

Mati rasa tersebut biasa muncul beberapa tahun sebelum adanya perubahan warna kulit.

Adapun mati rasa ini biasanya pasien kehilangan sensasi untuk merasakan:

  • Suhu
  • Sentuhan ringan dan rasa sakit
  • Tekanan

Kusta atau lepra bisa menimbulkan perubahan kulit pada satu atau beberapa bagian kulit yang kehilangan warnanya.

Perubahan kulit yang dimaksud yakni:

Gejala yang muncul pada penyakit ini bervariasi. Seringkali gejala mati rasa diikuti pula dengan

  • Hidung tersumbat dan mimisan
  • Lemah otot
  • Lemah dan mati rasa pada tangan dan kaki
  • Saraf bengkak, terutama sekitar lutut, siku dan leher
  • Saraf membesar utamanya di siku dan lutut
  • Masalah pada mata

Selain itu dalam perkembangannya seseorang dengan lepra bisa mengalami:

Jika lepra menyerang hidung bisa menyebabkan kerusakan internal dan jaringan parut.

Akhirnya memengaruhi sputum yang merupakan tulang rawan di antara lubang hidung.

Dan akibatnya hidung menjadi "runtuh".

Penyakit kusta atau lepra ini juga bisa memengaruhi saraf yang bertanggung jawab pada respons berkedip mata, dan juga menyebabkan mata sangat kering sehingga rentan infeksi.

Seberapa menular penyakit kusta?

Penyakit kusta atau lepra merupakan penyakit yang tidak terlalu menular.

Seseorang perlu melakukan kontak intens selama beberapa bulan dengan penderita yang tidak melakukan pengobatan, untuk bisa tertular.

95 persen orang memiliki kekebalan alami terhadap penyakit ini.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengatakan, penyakit lepra tak bisa menular melalui:

  • Kontak biasa
  • Berjabat tangan atau berpelukan
  • Duduk di dekatnya
  • Makan bersama
  • Kontak seksual

Bakteri juga tak menular ke janin selama kehamilan.

Penyakit kusta atau lepra berkembang secara perlahan dan tidak terlalu menular.

Saat seseorang memulai pengobatan kusta, bakteri tersebut tak dapat menularkan ke orang lain.

Seringkali mereka yang mengalami penyakit kusta atau lepra ini didiskriminasi hingga kehilangan kesempatan kerja, dan dikucilkan.

Dampaknya seseorang dengan penyakit kusta atau lepra ini berpotensi mengalami masalah kesehatan mental.

Serta karena adanya diskriminasi seseorang dengan penyakit ini bisa menyembunyikan gejalanya yang justru berdampak pada dirinya.

Sehingga penyintas justru menghindari mencari dukungan pengobatan yang akhirnya bisa memperparah penyakitnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/01/26/093100765/mengenal-penyakit-kusta-penyebab-dan-seberapa-parah-bisa-menularkan

Terkini Lainnya

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Tren
Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Tren
Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Tren
Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke