Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Saat Anggota DPR Tertipu Cucu Nyi Roro Kidul Gadungan...

Perempuan bernama Siska Sari W Maulidhina itu diketahui menipu seorang anggota DPR RI Rudi Hartono Bangun hingga mengalami kerugian Rp 4 miliar.

Dalam dakwaannya, jaksa menyebut Siska sering bercerita kepada Rudi bahwa kakek buyutnya menikah dengan Ratu Pantai Selatan.

Karena masih ada keturunan Ratu Pantai Selatan yang disebutnya Uti, Siska mengaku memiliki indra keenam dan dapat melihat hal-hal gaib kepada Rudi.

Pada Februari 2017, Siska menyampaikan bahwa Rudi sedang diincar oleh KPK untuk menjadi target OTT.

Agar Rudi yakin, dia diajak bertemu oleh Siska. Mereka pun bertemu di sebuah hotel di Medan.

Beberapa hari kemudian, Siska menelpon Rudi dan berkata bahwa jin-jin anak buahnya bisa menyelesaikan permasalahan tersebut.

Lantas, mengapa anggota DPR bisa tertipu dengan hal-hal irasional?

Tanggapan Sosiolog

Sosiolog Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Drajat Tri Kartono mengatakan, modernisasi, pengetahuan, dan teknologi di Indonesia tidak benar-benar mampu menghilangkan nilai-nilai tradisional.

Karenanya, masih banyak orang melakukan hal-hal irasional, meski seorang politisi dan akademisi.

"Jadi perkembangan kecerdasan di Indonesia tidak menghilangkan nilai-nilai tradisional, seperti pesugihan, ilmu-ilmu tidak rasional," kata Drajat kepada Kompas.com, Selasa (5/10/2021).

Menurut Drajat, kejadian ini bukan pertama kalinya di Indonesia.

Bahkan, beberapa tahun lalu seorang profesor membela mati-matian membela Dimas Kanjeng yang disebut bisa menggandakan uang.

Penyebab orang masih percaya pada hal irasional

Kepercayaan pada hal-hal irasional dalam Sosiologi bukan tanpa alasan. Drajat menyebut ada dua penyebabnya.

Pertama, ketidakberdayaan sistem yang menyediakan kepastian ekonomi, sehingga orang melakukan hal-hal irasional.

"Misalnya, cari kerja tetapi penghasilan tidak cukup, jadi doktor juga tidak tentu terkompensasi," jelas dia.

"Ini menimbulkan ketidakpastian, sehingga ini membuat orang melakukan hal-hal irasional, karena yang rasional tidak menyelesaikan masalahnya," sambungnya.

Kedua, sistem yang tidak pernah benar-benar tuntas. Menurutnya, ketika sistem melakukan perubahan ke modern, ia tidak serta merta mampu menggantikan yang tradisional.

Meski tak sepenuhnya mampu menghilang nilai-nilai tradisional, Drajat menyebut orang modern kini tak lagi sepenuhnya pasrah dan mampu menghitung risiko yang ditimbulkan oleh tindakan irasional itu.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/10/06/073000865/saat-anggota-dpr-tertipu-cucu-nyi-roro-kidul-gadungan-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke