Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Ini dalam Sejarah: Gempa dan Tsunami Jawa Timur, 222 Orang Tewas

KOMPAS.com - Hari ini 27 tahun yang lalu, atau tepatnya pada 2 Juni 1994, terjadi gempa bumi yang disusul dengan tsunami.

Gempa terjadi sekitar pukul 18.17 WIB, disusul dengan terjadinya gelombang tsunami pada pukul 01.30 WIB.

Gelombang tsunami menghantam pesisir pantai selatan Jawa Timur bagian timur.

Melansir Harian Kompas, 4 Juni 1994, gempa tektonik itu berkekuatan 5,9 SR.

Gempa terjadi di 10 derajat Lintang Selatan dan 112.74 Bujur Timur, pada kedalaman 33 km.

Adapun pusat gempa sekitar 225 km selatan Malang, atau di Samudera Hindia.

Jumlah korban saat itu tidak bisa langsung dipastikan karena jumlahnya terus bertambah.

Harian Kompas beberapa hari setelahnya, tepatnya pada 10 Juni 1994, mengabarkan keseluruhan korban tewas sebanyak 222 orang. Namun masih ada sedikitnya 25 orang yang belum ditemukan.

Stasiun Meteorologi Banyuwangi yang mendapat laporan dari Pemda Banyuwangi menyebutkan 405 luka-luka. Sebanyak 413 bangunan dan 245 perahu rusak.

Banyuwangi menjadi daerah dengan korban tewas terbanyak.

Pada 4 Juni 1994, Bupati Banyuwangi T Purnomo Sidik datang ke lokasi dan mengatakan jumlah korban tewas di Banyuwangi mencapai 173 orang dan 23 orang hilang.

Disusul Jember 8 orang, Blitar dua orang, Malang dan Tulungagung masing-masing satu orang.

Gempa yang terjadi mengakibatkan tsunami di beberapa daerah di Jawa Timur.

Menurut keterangan yang dikumpulkan Kompas, gempa itu melahirkan gelombang tsunami setinggi 7 meter.

Ombak begitu cepat dan tiba-tiba meluluhlantakkan perkampungan nelayan. Seperti di Desa Pancer, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi.

Gelombang menyapu perkampungan nelayan yang terletak sekitar 150 meter dari bibir pantai.

Sedikitnya 61 tewas dan 213 rumah rata dengan tanah. Demikian pula gedung sekolah, tempat pelelangan ikan (TPI), kantor musnah.

Di Blitar dilaporkan, gelombang air laut mencapai ketinggian 6 meter menyapu tempat pendaratan ikan di Jalasutro, Kecamatan Binangun, Desa Serang, Kecamatan Panggungrejo dan Desa Tambakrejo, Kecamatan Wonotirto.

Tambakrejo yang merupakan sentra nelayan terbesar benar-benar luluh lantak.

Kepala Sub Bidang Analisa Geofisika pada kantor BMG (Badan Metereologi dan Geofisika) Taufik Rivai Dea menjelaskan, besarnya jumlah korban kemungkinan akibat keruntuhan bangunan, sedang hilangnya penduduk akibat tersapu tsunami.

Taufik mengatakan tsunami dapat terjadi akibat subduksi pada patahan normal di lautan, yaitu anjloknya tepi lempeng yang satu lebih rendah dari tepi lainnya yang berada di bawah daratan.

Penurunan permukaan itu menyebabkan permukaan air laut menurun karena sebagian mengisi permukaan yang anjlok itu namun kemudian berbalik menuju ke daratan bersama dengan gelombang laut di belakangnya.

Hal itu menyebabkan gelombang pasang lebih tinggi dari biasanya.

Di Selatan Pulau Jawa, urai Taufik, terdapat pertemuan lempeng antara lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia (Eropa-Asia).

Pertemuan kedua lempeng ini, ahli geofisika, Dr Prih Harjadi beberapa waktu lalu menjelaskan, terbentang menyusuri perairan di selatan Sumatera, Jawa, hingga Nusa Tenggara, kemudian berbelok ke Kepulauan Maluku. Lempeng India-Australia bergerak lebih aktif ke utara mendesak Lempeng Eurasia.

Lebih lanjut Taufik menjelaskan, data gempa yang diperoleh PGN (Pusat Gempa Nasional) di Jakarta dengan sistem telemetri dari Balai Wilayah Gempa I di Sumut, Jabar, dan Bali.

Hasil yang diperoleh itu memberikan data kekuatan gempa 5,9 SR, yang diperoleh dengan mengukur badan gelombang gempa (body wave) sedangkan kekuatan gempa yang tercatat di USGS Amerika Serikat sebesar 7,2 SR.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/06/02/091500365/hari-ini-dalam-sejarah--gempa-dan-tsunami-jawa-timur-222-orang-tewas

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke