Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penjelasan Kemenkes soal Dugaan Adanya Medan Magnet di Bekas Suntikan Vaksin Covid-19

KOMPAS.com - Unggahan video pria berbaju Kostrad sedang memperagakan dan menyebut adanya medan magnet di bekas suntikan vaksin Covid-19 viral di media sosial.

Salah satu akun yang mengunggah video yang akhirnya viral tersebut yakni @cetul.22 pada Kamis (27/5/2021).

Dalam video tersebut, terlihat seorang pria berkumis yang merasa penasaran apakah benar ada medan magnet yang muncul setelah menerima suntikan vaksin Covid-19.

Dia pun coba membuktikan hal itu dengan menggunakan alat bantu berupa uang koin logam Rp 1.000.

Uang logam itu ia letakkan di bekas suntikan vaksin sembari berkata uang tersebut telah menempel.

Berikut narasi yang diucapkan pria tersebut seperti dalam videonya:

"Assalamualakum, selamat malam, salam sejahtera dan salam sehat selalu untuk kita semua di manapun kalian berada.

Divideo-video yang kita lihat, abis divaksin katanya ada magnet setelah divaksin. Nah sekarang saya akan membuktikan sendiri ada tidaknya magent di bekas suntikan itu.

Nah sekarang saya buktikan, ini bekas suntikan saya masih ada, kemudian saya siapkan uang logam Rp 1.000 saya letakan di bekas suntikan, dan saya lepas saja nah dia nempel.

Ternyata benar, ada daya tarik saat mendekat ke tubuh kita. Jadi bukan hoaks, tetapi ternyata benar.

Kita tidak tahu apa maksud dan tujuannya ini, semoga kita selalu sehat walafiat selalu. Terima kasih, Assalamualakum."

Hingga Kamis (27/5/2021) malam, video tersebut telah dilihat lebih dari 12.500 kali oleh sesama warganet di Instagram.

Lantas, bagaimana penjelasannya?


Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menegaskan, bahwa apa yang ada di dalam video itu tidak benar.

"Ini hoax ya," ujar Nadia singkat saat dihubungi Kompas.com, Kamis (27/5/2021) malam.

Dia menjelaskan, vaksin mengandung bahan aktif dan non aktif, di mana bahan aktif berisi antigen dan bahan non aktif berisi zat untuk menstabilkan, menjaga kualitas vaksin agar saat disuntikan masih baik.

Adapun jumlah cairan yang disuntikan hanya 0,5 cc dan akan segera menyebar ke seluruh jaringan sekitar.

"Sehingga tidak ada carian yang akan tersisa di tempat bekas suntikan," tegas dia.

Disebabkan oleh keringat

Menurutnya, logam dapat menempel di permukaan kulit yang lembab biasanya disebabkan oleh keringat.

"Pecahan uang logam Rp 1.000 terbuat dari bahan nikel dan nikel bukan logam yang bisa menempel karena daya magnet," terangnya.

Berikutnya, lanjut Nadia, telah ada klarifikasi dari BBC bahwa informasi tersebut adalah tidak benar.


Dilansir dari Antara, 24 Mei 2021, ahli fisika dari National High Magnetic Field Laboratory Amerika Serikat Eric Palm menegaskan tidak mungkin ada microchip magnetis yang terbawa dalam suntikan vaksin Covid-19.

Dia menjelaskan, ukuran jarum vaksin yang sangat kecil, yakni sepersekian milimeter, hanya akan mampu membawa partikel magnetis dengan kadar yang sangat rendah.

"Bahkan jika Anda menyuntikkan partikel yang sangat magnetis, ukurannya akan sangat kecil, sehingga tidak akan ada kekuatan yang cukup untuk benar-benar menahan magnet yang menempel di kulit Anda," kata Palm sebagaimana dilansir dari laporan BBC.

Palm turut memaparkan, koin dapat dengan mudah menempel di kulit karena ada minyak dan tegangan yang terkait dengan permukaan benda tersebut.

"Koin bahkan mudah menempel di dahi, seperti yang sering kita lakukan saat kecil," kata dia.

Bukan anggota Kostrad

Sementara itu, Kepala Penerangan (Kapen) Kostrad, Kolonel Inf Haryantana menegaskan, bahwa pria berbaju hijau yang terdapat dalam video tersebut bukanlah anggota Kostrad.

"Setelah dilakanakan pengecekan ke jajaran, bahwa oknum tersebut bukan anggota Kostrad," ujar Haryantana saat dihubungi Kompas.com, Kamis (27/5/2021) malam.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ws. (Wakil Sementara) Perwira Penerangan Divif 2 Kostrad, Lettu Arh Adi Surya Pamungkas.

"Kami sampaikan informasi bahwa anggota tersebut bukan anggota Kostrad dan bukan merupakan tentara aktif/pensiun dini. Saat ini hal tersebut sedang ditindak lanjuti oleh pihak yang berwenang," ujar Adi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (27/5/2021) malam.


Terpisah, Manajer Humas PT KAI Daop 8 Surabaya Luqman Arif membenarkan adanya informasi yang menyebutkan pria dalam unggahan tersebut merupakan anggota polisi khusus kereta api (Polsuska) yang berdinas di Daerah Operasi (Daop) 8 Surabaya.

"Pertama, kami tadi koordinasi dengan pimpinan Daop 8, memang yang bersangkutan itu anggota Polsuska Daop 8 Surabaya," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (27/5/2021) malam.

Kedua, lanjutnya, PT KAI sangat menyesalkan atas tindakan yang telah dilakukan oleh yang bersangkutan.

Opini pribadi

Menurut Luqman, hal itu merupakan opini pribadi.

"Itu kan opini pribadi ya yang disampaikan ke medsos, dia itu enggak punya kapabilitas dan kemampuan di bidang medis," tuturnya.

"Itu keluar dari opini pribadi dia aja gitu kan, enggak ada kaitannya dengan dinas," tambah Luqman.

Ketiga, PT KAI juga telah meminta kepada yang bersangkutan untuk menghapus postingannya tersebut.

"Dan keempat, akan ada pembinaan internal dari kami, supaya ke depannya kalau menyampaikan opini harus hati-hati, biar jadi pembelajaran dia ke depannya," pungkas Luqman.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/05/28/123000365/penjelasan-kemenkes-soal-dugaan-adanya-medan-magnet-di-bekas-suntikan

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke