Akun yang menggunggah informasi tersebut juga memberikan imbauan untuk mengantisipasi gelombang panas.
Kendati demikian, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan Indonesia tidak terjadi fenomena gelombang panas atau heat wave.
Narasi yang beredar:
Akun Ichigo Saki yang mengunggah informasi Indonesia mengalami gelombang panas pada 16 Mei 2021 di Facebook.
Narasi dalam unggahan itu juga menyertakan informasi terkait suhu pada siang hari yang dapat mencapai 40 derajat.
Akun itu juga mengimbau tidak langsung minum es dan mandi air dingin di hari yang panas.
Berikut isi narasinya:
Penelusuran Kompas.com:
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan secara geografis wilayah Indonesia berada di sekitar wilayah ekuatorial, sehingga memiliki karakteristik dinamika atmosfer yang berbeda dengan wilayah lintang menengah-tinggi.
Selain itu, wilayah Indonesia juga memiliki variabilitas perubahan cuaca yang cepat.
“Dengan perbedaan karakteristik dinamika atmosfer tersebut, maka dapat dikatakan bahwa di wilayah Indonesia tidak terjadi fenomena yang dikenal dengan gelombang panas atau heatwave,” kata Guswanto kepada Kompas.com, Selasa (18/5/2021).
Guswanto menambahkan, yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan kondisi suhu panas harian yang umumnya disebabkan oleh kondisi cuaca cerah pada siang hari dan relatif lebih signifikan pada saat posisi semu matahari berada di sekitar ekuatorial.
Pada pertengahan Mei ini, posisi semu matahari sudah berada di Belahan Bumi Utara (BBU) di sekitar 19 derajat LU.
“Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa di wilayah Indonesia selatan ekuator akan menjelang periode angin timuran yang identik dengan musim kemarau,” ujar dia.
Adapun menurut WMO (World Meteorological Organization), gelombang panas atau heatwave merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama lima hari atau lebih secara berturut-turut dimana suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5 derajat celcius atau lebih.
Fenomena gelombang panas ini, lanjut dia, biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Eropa dan Amerika.
Secara dinamika atmosfer, hal tersebut dapat terjadi karena adanya udara panas yang terperangkap di suatu wilayah disebabkan adanya anomali dinamika atmosfer yang mengakibatkan aliran udara tidak bergerak dalam skala yang luas.
“Seperti misalnya ada sistem tekanan tinggi dalam skala yang luas dan terjadi cukup lama,” tuturnya.
Guswanto menyampaikan, berdasarkan hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum tanggal 16 Mei 2021 tercatat berkisar antara 33-35.2 derajat celcius dengan suhu maksimun 35.2 derajat celcius terjadi di Surabaya.
“Kondisi suhu maksimum dengan kisaran tersebut masih berada kondisi normal, di mana perubahan suhu maksimum harian masih dapat terjadi dalam skala waktu harian bergantung pada kondisi cuaca atau tingkat perawanan di suatu wilayah,” jelas dia.
Guswanto menambahkan, saat ini sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki awal musim kemarau dimana tingkat perawanan akan cukup rendah pada siang hari.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau dan diharapkan tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas atau kondisi terik pada siang hari dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan diri, keluarga, serta lingkungan.
Sementara itu, sebuah pesan dengan narasi yang sama pernah disebarkan pada tahun 2019.
Soal minum es memecahkan pembuluh darah
Pesan terkait gelombang panas yang melanda beberapa negara termasuk Indonesia dan minum air es saat cuaca panas dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah mikro beredar di media sosial dan aplikasi WhatsApp pada 23 Oktober 2019.
Salah satu dokter spesialis penyakit dalam Dr Ari Fahrial Syam Sp.PD-KGEH menegaskan bahwa informasi dalam pesan tersebut tidak benar.
Ari menjelaskan, gangguan kesehatan yang umum terjadi dengan perbedaan suhu dan kelembapan udara adalah dehidrasi.
"Jika dehidrasi terus berlanjut disertai terpapar panas yang terus menerus, maka akan berlanjut menjadi heat stroke, suatu gangguan kesehatan yang bisa berakibat kematian," ujar Ari seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (23/10/2019).
Adapun gejala awal seseorang terkena heat stroke, di antaranya mengalami keram otot, sakit kepala, rasa haus yang sangat, lelah tidak bersemangat, keringat berlebih, serta air seni yang berwarna keruh dan kuning.
"Gejala dan tanda awal ini harus dikenali oleh masyarakat dalam mengantisipasi cuaca panas saat ini di Indonesia," ujar Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu.
Ari menambahkan, heat stroke merupakan faktor penyebab utama seseorang meninggal saat terpapar dengan suhu panas tinggi dalam rentan waktu yang cukup lama.
Orang tua atau lanjut usia dan orang dengan riwayat penyakit kronis, seperti kencing manis, jantung, dan paru menjadi yang paling berisiko mengidap penyakit ini.
Kesimpulan
Dari pemaparan BMKG, Indonesia tidak mengalami gelombang panas sehingga informasi yang beredar tersebut tidak benar.
Terkait dengan minum air es saat cuaca panas dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah mikro, telah dipastikan bahwa informasi tersebut juga tidak benar.
https://www.kompas.com/tren/read/2021/05/24/100000465/-hoaks-indonesia-alami-gelombang-panas-dan-minum-air-es-picu-pecah-pembuluh