Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[HOAKS] 4 Tenaga Kesehatan Meninggal Divaksin Covid-19

Dalam narasi yang beredar, keempat tenaga kesehatan itu mengalami diagnosis yang sama dengan para korban lainnya di luar negeri setelah menerima vaksin Covid-19.

Dari penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi tersebut tidak benar alias hoaks.

Narasi yang beredar

Akun bernama James Bowie yang menyebarkan narasi itu pada Sabtu (7/3/2021) pukul 13.50 WIB.

Berikut narasinya:

4 KORBAN SINOVAC INDONESIA YANG MENINGGAL

Coba perhatiin.. walau cek fakta yg bodoh dan kurang wawasan bahkan mungkin di bayar untuk nutupi fakta.. serta beberapa media klaim mereka meninggal bukan karena sinovac..

tapi kenapa korban sinovac di indonesia ini mereka meninggal dengan diagnosa yg sama dengan para korban lain nya.. dan korban vaksin merk lain di manca negara:

1. Cardiovascular
2. Blood disorder
3. Brain damage

- Dokter palembang : jantung / Cardiovasvular

- Nakes Cilacap : demam berdarah / trombosit / Blood Disorder

- Direktur STIK : sesak nafas / Cardiovascular

- Nakes blitar : kejang kejang dan sesak nafas / Cardiovascular

Lantas, benarkah keempat nakes tersebut meninggal setelah divaksin Covid-19 dengan diagnosis di atas?

Penelusuran Kompas.com

Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Hinky Hindra Irawan Satari mengatakan, informasi tersebut tidak benar.

"Tidak benar. Saya mendapatkan kesimpulan itu setelah mengkaji dari data-data yang ada dan laporan yang masuk," kata Hindra saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin (8/3/2021).

Menurutnya, reaksi serius sejauh ini yang dilaporkan di Indonesia hanya berupa shock anaphylaxis dan jumlahnya sangat sedikit.

Mereka yang mengalami reaksi serius tersebut juga sudah sembuh setelah ditangani oleh petugas vaksinator.

"Jumlahnya sangat sedikit, di bawah 1 persen. Begitu terjadi shock anaphylaxis dikasih terapi dan langsung sembuh, karena petugas vaksinator kan itu sudah dilatih," jelas dia.

Sebelumnya Kompas.com telah menerbitkan berita terkait penyebab meninggalnya empat nakes tersebut.

Melansir Kompas.com, Rabu (27/1/2021), Polda Sumatera Selatan memastikan penyebab kematian dokter di Palembang karena serangan jantung, bukan karena vaksin Covid-19.

Hal itu diketahui setelah melalui serangkaian pemeriksaan di Rumah Sakit Polri M Hasan Palembang pada jenazah dan keterangan saksi di lokasi ditemukannya jenazah dan keluarga almarhum.

Polda Sumatera Selatan (Sumsel) menerangkan, dokter Jamhari Farzal yang ditemukan meninggal di dalam mobilnya meninggal dunia karena serangan jantung yang dideritanya.

Sementara itu, Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Tamalahe Makassar Eha Soemantri meninggal bukan karena vaksin Covid-19.

Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan, dan Penunjang RSUP Wahidin Sudirohusodo, Mansyur Arif menjelaskan, Eha kemungkinan terpapar virus corona beberapa hari sebelum menerima vaksin dosis kedua. Gejala baru muncul beberapa waktu setelahnya.

"Jadi kematian Almarhumah bukan karena vaksinasi Covid-19," kata Mansyur.

Kemudian, seorang tenaga kesehatan (nakes) di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, meninggal dunia bukan karena vaksinasi covid-19, tetapi karena Dengue Shock Syndrome (DSS).

"Dari dokter penanggung jawab menyatakan bahwa itu bukan (meninggal) akibat vaksinasi Covid-19," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Cilacap dr Pramesti Griana Dewi.

Terakhir nakes di Blitar juga meninggal bukan karena vaksinasi Covid-19. 

Direktur Utama RSUD Ngudi Waluyo Endah Woro Utami menampik jika disebut bahwa vaksinasi membuat Erny (nakes) terpapar virus hingga meninggal. Sebab vaksin sudah melalui uji klinis dan aman digunakan.

"Vaksin kan memang berisi virus, tapi virus yang sudah dimatikan atau inactive," kata Woro saat dikonfirmasi, Minggu (21/2/2021).

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran dan konfirmasi dari Kompas.com, maka informasi 4 nakes meninggal dunia karena vaksin Covid-19 adalah tidak benar.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/08/210000365/hoaks-4-tenaga-kesehatan-meninggal-divaksin-covid-19

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke