Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Puluhan Ribu Bendungan Besar Dunia Mulai Menua, Apa Dampaknya?

KOMPAS.com - Pada 2050, lebih dari setengah populasi global akan tinggal dan hidup di hilir dari puluhan ribu bendungan besar.

Sebuah penelitian dari Institut Air, Lingkungan, dan Kesehatan UN University menyebut bahwa hampir 59.000 bendungan besar di dunia dirancang untuk bertahan selama 50-100 tahun.

Sayangnya, mayoritas bendungan itu dibangun antara 1930-1970.

"Ini adalah risiko global yang sedang berkembang dan kami perhatikan," kata rekan penulis dan direktur institut Vladimir Smakhtin, dikutip dari AFP, Jumat (22/1/2021).

"Dalam hal bendungan yang berisiko, jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun, dekade ke dekade," tambahnya.

Bendungan yang dirancang, dibangun, dan dirawat dengan baik dapat dengan mudah berfungsi selama satu abad.

Akan tetapi, banyak dari bendungan besar dunia gagal memenuhi satu atau lebih kriteria ini.

Perubahan iklim

Puluhan orang telah menderita kerusakan besar atau kehancuran total selama dua dekade terakhir di Amerika Serikat, India, Brasil, Afghanistan dan negara-negara lain.

Jumlah itu cenderung meningkat.

Perubahan iklim kemudian memperparah semua risiko itu.

"Karena perubahan iklim, curah hujan yang ekstrem dan peristiwa banjir menjadi lebih sering terjadi," kata penulis utama dari University of Ottawa dan McMaster University, Duminda Perera.

Kondisi ini tidak hanya meningkatkan risiko waduk meluap, tetapi juga mempercepat penumpukan sedimen yang berdampak pada keamanan bendungan.

Akibatnya, kapasitas dan produksi energi di bendungan juga akan semakin berkurang.

Pada Februari 2017, saluran bendungan tertinggi di AS, Bendungan Oroville, California rusak selama hujan lebat dan mendorong evakuasi darurat lebih dari 180.000 orang di hilir.

Pada 2019, rekor banjir memicu kekhawatiran bahwa Bendungan Mosul, bendungan terbesar di Irak, bisa runtuh.

Bendungan yang sudah tua tidak hanya menimbulkan risiko yang lebih besar bagi penduduk di hilir, tetapi juga menjadi kurang efisien dalam menghasilkan listrik, dan jauh lebih mahal untuk pemeliharaannya.

Karena jumlah bendungan besar yang sedang dibangun atau direncanakan telah menurun tajam sejak 1960-an dan 1970-an, masalah ini akan berlipat ganda di tahun-tahun mendatang.

"Tidak akan ada revolusi pembangunan bendungan lagi, jadi rata-rata umur bendungan semakin tua. Karena banyak ditemukan sumber energi baru, seperti matahari dan angin, maka bendungan pembangkit listrik tenaga air yang direncanakan mungkin tidak akan pernah dibangun." kata Perera.

Lebih dari 60.000 bendungan tua juga menghadapi tantangan pembongkaran atau dekomisioning yang tak lagi aman atau berfungsi.

Smakhtin mengatakan, beberapa lusin bendungan telah dirobohkan di AS, tapis semuanya berukuran kecil.

Lebih dari 90 persen bendungan besar, setidaknya 15 meter dari fondasi hingga puncak atau menahan tidak kurang dari tiga juta meter kubik air, terletak hanya di dua lusin negara.

China menjadi rumah bagi 40 persen dari jumlah itu, dengan 15 persen lainnya gabungan di India, Jepang dan Korea.

Sementara 16 persen bendungan dunia lainnya berada di Amerika Serikat, dengan lebih dari 85 persen di antaranya sudah melewati harapan hidup mereka.

Menurut sebuah perkiraan, perlu biaya sekitar 64 miliar dollar AS untuk memperbarui bendungan.

Di seluruh dunia, ada sekitar 7.500 kilometer kubik air atau cukup untuk menenggelamkan sebagian besar Kanada dalam satu meter, tersimpan di balik bendungan besar.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/01/24/123000265/puluhan-ribu-bendungan-besar-dunia-mulai-menua-apa-dampaknya-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke