Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kaleidoskop 2020: Kala Dunia Diuji oleh Virus Corona

KOMPAS.com - Saat kembang api malam tahun baru 2020 menyala dengan meriah, semua orang bersuka cita menyambut tahun shio tikus ini.

Kalimat "Tahun baru, semangat baru, harapan baru" banyak dijumpai di lini masa media sosial setiap kali memasuki tahun baru.

Akan tetapi, tak ada satu pun orang yang menyangka bahwa 2020 adalah tahun terberat sejak dunia memasuki abad ke-21.

Virus corona. Inilah yang menjadi ujian terberat masyarakat dunia pada tahun ini. Ujian yang belum berakhir hingga 2020 hampir berakhir.

Awal kemunculan

Sejak akhir 2019, virus misterius dilaporkan telah menginfeksi puluhan orang China. Hingga 5 Januari 2020, sebanyak 41 orang telah terinfeksi, satu di antaranya meninggal dunia.

Setelah ditelusuri lebih lanjut, penyebaran virus ini berawal dari salah satu pasar makanan laut di Kota Wuhan.

Selain makanan dan hewan laut, pasar ini juga menjual kelinci, ular, dan unggas lainnya. Oleh karena itu, awalnya para ahli menduga virus ini berkaitan dengan kasus SARS dan MERS yang pernah mewabah di Arab Saudi dan China.

Hingga pada titik ini, virus itu masih belum menyita perhatian dunia, khususnya Indonesia.

Pada 13 Januari 2020, infeksi pertama di luar China dilaporkan di Thailand, terkait dengan seorang warga China yang sedang bepergian ke negara tersebut.

Dua hari kemudian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya mengidentifikasi virus misterius itu menjadi virus baru bernama Novel coronavirus.

Sejak saat itu, negara di sekitar China satu per satu melaporkan kasus serupa, seperti Jepang dan Korea Selatan.

Pada 17 Januari 2020, situs resmi Imperial College London sebelum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah mencatat, terdapat 1.700 kasus virus corona di China setelah melakukan perhitungan rinci.

"Masyarakat harus mempertimbangkan secara lebih serius tentang kemungkinan adanya penularan dari manusia ke manusia daripada yang mereka yakini," ujar Profesor Neil Ferguson, ilmuwan wabah penyakit.

Hingga akhir Januari 2020, virus corona telah menyebar ke 10 negara, termasuk di antaranya Amerika Serikat dan Perancis.

Dengan kondisi ini, semua mata pun mulai tertuju pada virus corona.

Dunia masker

Ketika misteri mengenai virus corona sedikit terungkap, wajah dunia mulai berubah.

Sama seperti virus corona lainnya, SARS Cov-2 menyebar melalui beberapa cara, seperti droplets atau tetesan cairan yang berasal dari batuk dan bersin.

Masker yang dianggap mampu memberi perlindungan efektif dari virus corona, mulai banyak dicari. Akan tetapi, tak butuh waktu lama untuk membuatnya hilang dari pasaran.

Sejak Indonesia merdeka, mungkin krisis atau kelangkaan masker wajah baru terjadi pada 2020 ini.

Tak hanya di Indonesia, kelangkaan masker juga dirasakan di banyak negara yang sedang atau bersiap menghadapi pandemi virus corona.

Sejak saat itu, masker mulai menjadi kebutuhan pokok yang harus dibawa ketika keluar rumah, layaknya sebuah dompet.

"Orang Jepang ke Indonesia bertemu siapa, ditelusuri dan ketemu. Ternyata orang yang terkena virus corona berhubungan dengan dua orang, ibu 64 tahun dan putrinya 31 tahun," kata Jokowi kala itu.

"Dicek dan tadi pagi saya dapat laporan dari Pak Menkes bahwa ibu ini dan putrinya positif corona," lanjut dia.

Pernyataan itu merupakan awal perjalanan panjang Indonesia dalam perang melawan virus yang bermula di Kota Wuhan, China.

Sebelum konfirmasi pertama kasus Covid-19, banyak pihak menganggap bahwa Indonesia sebenarnya sudah lama memiliki kasus infeksi Covid-19, tetapi tak terdeteksi.

Pasalnya, negara tetangga Indonesia satu per satu telah melaporkan kasus virus corona, seperti yang dikemukakan oleh Profesor Harvard Mac Lipyitch.

Namun, klaim itu dibantah oleh Menteri Kesehatan Terawan Aguus Putranto.

"Kami berutang pada Tuhan. Ini karena doa kami. Kami tidak mengharapkan hal-hal seperti itu sampai ke Indonesia," kata Terawan saat itu.

Perekonomian tumbang

Hingga kini, pandemi virus corona telah menginfeksi hampir seluruh negara, tersisa kurang dari 10 negara di Samudera Pasifik.

Tak hanya di bidang kesehatan, dampak pandemi virus corona juga menggoncang perekonomian dunia dan mengakibat salah satu krisis terbesar sepanjang sejarah modern.

Satu per satu negara terjerumus ke dalam jurang resesi, tak terkecuali Indonesia.

Kondisi ini bisa dipahami. Pasalnya, penguncian ketat yang berlangsung selama beberapa bulan di awal pandemi mengakibatkan roda perekonomian berhenti total.

Harapan vaksin

Di pengujung 2020 ini, dunia kini mulai bisa bermimpi untuk mengakhiri pandemi Covid-19 setelah hasil yang menggemberikan dari uji klinis beberapa vaksin.

Diketahui, vaksin Pfizer/BioNTech dan Moderna memiliki efektivitas mencapai sekitar 95 persen, sementara vaksin yang dikembangan oleh Oxford University memiliki kemanjuran mencapai 70 persen.

Setelah kabar baik itu, beberapa negara bahkan telah menerima jutaan dosis untuk segera disuntikkan pada kelompok prioritas.

Bahkan, Inggris dan Amerika Serikat telah memulai vaksinasi dalam beberapa hari terakhir.

Di Indonesia, 1,2 juta vaksin buatan China Sinovac telah tiba pada 6 Desember 2020 dan akan bertambah 1,8 juta pada Januari mendatang.

Namun, upaya vaksinasi ini masih menunggu izin penggunaan dari BPOM serta hasil uji klinis.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/12/16/082800365/kaleidoskop-2020--kala-dunia-diuji-oleh-virus-corona

Terkini Lainnya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Tren
Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke