Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Update Terkini dan Mengenal Tipe-tipe Erupsi Gunung Merapi

KOMPAS.com - Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menaikkan status Gunung Merapi dari level Waspada ke Siaga (level III) pada Kamis (5/11/2020).

Berdasarkan evaluasi data pemantauan, disimpulkan aktivitas vulkanik saat ini dapat berlanjut ke aktivitas yang membahayakan penduduk.

Setelah dua minggu berstatus siaga, bagaimana kondisi terkini Gunung Merapi?

Kepala Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Hanik Humaida menjelaskan, dua minggu pasca kenaikan status Gunung Merapi, perkembangannya masih terus menunjukkan peningkatan aktivitas.

BPPTKG juga terus memantau untuk selanjutnya menyampaikan perkembangan Gunung Merapi kepada masyarakat.

"Ya ini masih terus ada peningkatan aktivitas. Dari semua pemantauan, baik seismik, deformasi, kimia, visual, masih terus menunjukkan peningkatan," kata Hanik saat dihubungi Kompas.com, Jumat (20/11/2020) siang.

Hanik menjelaskan, apabila Merapi erupsi, maka kemungkinan akan mengikuti pola erupsi pada 2006. Saat itu, tipe erupsinya efusif atau tipe Merapi.

Dalam erupsi tipe Merapi, magma dari dalam tubuh gunung api keluar secara efusif atau tanpa disertai ledakan, lalu membentuk kubah lava.

"Data sampai saat ini menunjukkan, jika Merapi erupsi akan efusif, namun akan disertai eksplosif. Tetapi ya kita tunggu saja, ya. Ini hanya perkiraan kita," ujar Hanik.

"Jadi kami perkirakan letusannya tidak akan sama atau melebihi 2010. Tidak akan seperti 2010, letusan seperti itu pasti jarak waktunya akan lama. Sebelum 2010, terakhir terjadi itu 130 tahun yang lalu, sekitar 1872," kata dia.

Tipe-tipe erupsi Gunung Merapi

Hanik juga memaparkan tipe-tipe erupsi Gunung Merapi. Ada 5 tipe erupsi yang pernah terjadi pada Gunung Merapi.

Berikut paparannya: 

Tipe erupsi freatik

Tipe erupsi freatik terjadi karena tekanan uap air di tubuh gunung api.

Erupsi freatik berbeda dengan erupsi magmatik yang terjadi karena keluarnya magma dari dalam tubuh gunung api.

"Erupsi freatik biasanya hanya mengeluarkan hujan abu, pasir, atau kerikil. Tahun 1768-2014, erupsi freatik pernah terjadi 19 kali di Merapi," kata Hanik.

Tipe erupsi vulkanian

Tipe ini merupakan erupsi eksplosif yang terjadi tanpa pertumbuhan kubah lava.

Erupsi vulkanian memiliki kekuatan menengah, yaitu dengan Volcanic Explosivity Index (VEI) 2.

Adapun VEI sendiri merupakan ukuran dari kekuatan letusan gunung api.

Tipe erupsi suplinian

Tipe ini ditandai dengan semburan gas vulkanik dan abu vulkanik yang menyembur tinggi.

Hanik menjelaskan, letusan Merapi 2010 silam bertipe suplinian ini.

"Kalau yang letusan 2010, masuk yang tipe suplinian ini, erupsi tertingginya Merapi. Kalau kita bilang eksplosifitas indeksnya empat. Umumnya Merapi itu 2," terang Hanik.

Tipe erupsi Merapi

Tipe erupsi ini memang mengadopsi nama Gunung Merapi karena erupsi tersebut menjadi salah satu ciri khas Merapi.

Dalam erupsi tipe Merapi, magma dari dalam tubuh gunung api keluar secara efusif atau tanpa disertai ledakan, lalu membentuk kubah lava.

Setelah kubah lava terbentuk dan magma masih terus mengalami ekstrusi atau keluar dari permukaan, volume kubah lava akan kian membesar dan akhirnya runtuh.

Keruntuhan kubah lava itu bisa menghasilkan awan panas yang membahayakan masyarakat.

Tipe erupsi Merapi plus eksplosif

Saat erupsi tipe ini terjadi, kubah lava juga akan terbentuk dan kemudian mengalami keruntuhan sehingga menghasilkan awan panas.

Adapun tipe erupsi Merapi yang disertai erupsi eksplosif ini merupakan yang paling banyak terjadi di Gunung Merapi.

"Tipe ini ya tipe Merapi tadi ditambah dengan adanya konten gas yang tinggi sehingga dia menyebabkan eksplosifitas," kata Hanik.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/11/20/132100165/update-terkini-dan-mengenal-tipe-tipe-erupsi-gunung-merapi

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke