Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Belum Ada Obatnya, Apa yang Menyembuhkan Pasien Saat Terinfeksi Virus Corona?

Di Indonesia, hingga hari ini, ada 240.687 kasus Covid-19. Dari angka itu, lebih dari 9.000 orang meninggal dunia, dan sekitar 174.000 orang sembuh.

Di tengah meningkatnya jumlah kasus dan angka kematian, jumlah pasien yang sembuh dari infeksi virus corona juga terus meningkat.

Di media sosial, banyak yang bertanya, apa kunci kesembuhan pasien Covid-19, mengingat belum ada obatnya hingga saat ini?

Seperti diketahui, para ahli dari berbagai negara, tengah melakukan penelitian untuk menemukan vaksin dan obat untuk mengatasi virus yang mewabah sejak akhir 2019 itu.

Ahli patologi klinis yang juga Juru Bicara Satgas Covid-19 RS UNS, dr Tonang Dwi Ardyanto menjelaskan, ada beberapa hal yang perlu dipahami soal Covid-19.

Covid-19 merupakan penyakit yang muncul karena infeksi virus. Layaknya penyakit yang disebabkan oleh virus, maka penyakit ini bersifat self-limiting disease.

Artinya, saat siklus hidup virus di tubuh seseorang selesai, maka pasien tersebut akan sembuh.

Namun, perlu diingat dan menjadi perhatian adalah ketahanan tubuh selama virus menyerang.

"Hanya masalahnya, mampukah tubuh bertahan selama virus belum mati? Di situ masalahnya," ujar Tonang saat dihubungi Kompas.com, Minggu (20/9/2020).

Oleh karena itu, lanjut dia, daya tahan tubuh menjadi hal yang penting dalam melawan virus corona.

“Maka kuncinya adalah mempertinggi daya tahan tubuh, agar mampu melewati fase sebelum virusnya mati,” ujar dia.

Jangan meremehkan

Meski Covid-19 merupakan self-limiting disease, Tonang menekankan, tidak boleh menganggap remeh virus corona.

Ia menyebutkan, 80 hingga 85 persen pasien Covid-19 tanpa gejala dan dapat sembuh dengan sendirinya, bahkan tanpa obat sama sekali.

Namun, kata Tonang, hal ini kemudian memunculkan salah pemahaman dan salah persepsi di masyarakat.

Tonang mengatakan, hal yang perlu dipahami, meski ada pasien yang bisa sembuh dengan sendirinya, bukan berarti penyakit ini bisa sembuh, misalnya, hanya dengan meminum air putih saja.

Apalagi, jika ada anggapan dan yang mempertanyakan mengapa ada yang sembuh, sementara yang dirawat di rumah sakit justru berakibat fatal.

Ia mengatakan, pemahaman-pemahaman ini salah. Risiko pemburukan tetap berpotensi terjadi pada mereka yang terinfeksi selama fase virus masih bertahan dalam tubuh. 

Selain itu, mereka yang dirawat di rumah sakit umumnya adalah mereka yang mengalami kondisi berat dan daya tahan tubuhnya lemah.

Oleh karena itu, risiko fatal hingga meninggal dunia akan jauh lebih besar meskipun sudah mengonsumsi obat-obatan.

Apa yang harus dilakukan dan dikonsumsi saat positif Covid-19?

Tonang menjelaskan secara prinsip tidak ada obat khusus yang dapat diberikan kepada pasien COvid-19, kecuali atas rekomendasi dokter atau fasilitas kesehatan yang memonitor.

Akan tetapi, untuk tindakan yang dapat dilakukan dan dapat dikonsumsi tanpa rekomendasi dokter di antaranya adalah:

1. Vitamin. Tidak ada vitamin khusus, tetapi disarankan yang memiliki kadar vitamin C, vitamin E, dan Zinc. Diet juga tidak ada kekhususan, tetapi konsumsi daging merah, buah dan sayur akan lebih baik.

2. Upayakan memiiliki alat Pulse Oxymetri untuk mengukur saturasi oksigen dan cek pada pagi-siang-sore-menjelang tidur.

3. Memiliki termometer untuk mengecek suhu pada pagi-siang-sore-menjelang tidur.

4. Pengukuran dicatat rapi, dan segera ke dokter atau fasilitas kesehatan yang melakukan monitoring jika:

  • Saturasi turun di bawah 95 persen.
  • Suhu mulai lebih dari 37,3 derajat celcius.

5. Bila terjadi diare, sesak napas, atau merasa makin lemah, segera lapor ke Faskes/nakes yang memonitor.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/21/073000465/belum-ada-obatnya-apa-yang-menyembuhkan-pasien-saat-terinfeksi-virus-corona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke