Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kasus Corona Tembus 200.000, Ini Saran Epidemiolog untuk Pemerintah RI

KOMPAS.com - Kasus infeksi virus corona di Indonesia telah melampaui angka 200.000 tepatnya 200.035 kasus positif pada Selasa (8/9/2020).

Indonesia berada di peringkat 23 kasus terbanyak di dunia di bawah Filipina dan di atas Ukraina dengan selisih sekitar 40.000 kasus, dikutip dari Worldometers.

Selain data kasus infeksi, Indonesia juga mencatat 8.230 kasus kematian karena Covid-19. Sementara pasien yang telah sembuh sebanyak 142.958 pasien.

Indonesia dan Filipina menjadi dua negara di kawasan Asia Tenggara dengan kasus infeksi tertinggi.

Namun, meskipun mencatat kasus infeksi lebih banyak 241.987 kasus, tetapi korban meninggal karena Covid-19 di Filipina lebih sedikti dari Indonesia yaitu 3.916 kasus.

Ahli epidemiologi Indonesia di Griffith University Australia Dicky Budiman menilai perlu adanya evaluasi dan perubahan strategi terkait penanganan Covid-19 di Indonesia.

Hal itu untuk mencegah agar kasus kesakitan dan kematian tidak semakin melonjak.

Ia juga mengingatkan adanya potensi kolapsnya fasilitas kesehatan akibat peningkatan kasus virus corona Indonesia, apabila tren peningkatan kasus tidak menurun.

Saran untuk pemerintah

Dicky menyebutkan perlu beberapa tindakan progresif yang harus dilakukan pemerintah agar kondisi tidak semakin parah.

Di antaranya adalah dengan memperbaiki dan meningkatkan testing.

Pihaknya menyarankan beberapa hal yakni penemuan kasus aktif dengan target 1 tes per 1.000 orang setiap minggu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan WHO.

Selain itu, pengumuman hasil tes juga bisa dipercepat dengan waktu kurang dari 3 hari.

Dicky juga mengharapkan positivity rate di Indonesia bisa diturunkan seperti yang ditargetkan WHO yaitu di bawah 5 persen.

Sejauh ini, mengutip data KawalCovid, positivity rate harian di angka 18,44 persen dan secara keseluruhan masih di angka 13,95 persen.

Itu artinya, dari 100 orang yang dilakukan tes, potensi menemukan orang yang positif Covid-19 antara 13 hingga 18 orang.

"Selain itu tes juga sebaiknya dilakukan merata di seluruh daerah," ujar Dicky.

Pihaknya mengkhawatirkan jika hal itu tak dilakukan maka jumlah kasus infeksi akan berlipat ganda dalam dua buan ke depan.

Dicky kembali mengingatkan bahwa untuk melandaikan kurva dan yang menurutnya menjadi prioritas saat ini adalah pelaksananan testing, tracing, isolasi secara intensif, masif dan agresif.

"Keberhasilan mengatasi pandemi tetap bergantung pada strategi tes, lacak, isolasi dan perubahan perilaku. Obat dan vaksin tidak serta merta menyelesaikan pandemi," ungkap dia.

Testing masih lemah

Saran kepada pemerintah untuk menguatkan testing dan tracing juga diungkapkan Miki Salman, relawan KawalCovid19.

Miki menilai salah satu yang menjadi masalah penanganan Covid-19 di Indonesia adalah testing yang masih minim.

Selain DKI Jakarta dan Sumatera Barat, daerah-daerah lain masih kurang dilakukan banyak tes sehingga tak bisa diketahui seberapa luas wabah telah menyebar.

Ia menilai tes pada orang yang melakukan kontak erat pada mereka yang positif, rasio pelacakannya seharusnya juga ditingkatkan.

Adapun untuk angka positive rate yang saat ini masih besar menurutnya ini adalah indikasi bahwa tes yang dilakukan kurang dilacak.

"Harusnya nggak sebesar itu (positive rate). Artinya kita gagal mengendalikan laju penyebaran. Harus diperluas menjaring banyak orang dan memastikan orang-orang yang kontak erat dengan yang terbukti positif. Jika dapat posisit berarti positif. Kalau aman ya berarti aman," ungkap dia.

Miki juga mengingatkan, di tengah pelonggaran di sektor ekonomi yang dilakukan pemerintah, pihaknya menilai sebaiknya pemerintah tidak hanya mengandalkan kepatuhan masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan.

"Tapi sebaiknya diikuti pula dengan penegakan disiplin," jelas Miki.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/09/132900865/kasus-corona-tembus-200.000-ini-saran-epidemiolog-untuk-pemerintah-ri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke