Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apakah Indonesia Aman dari Resesi?

Secara kuartalan, ekonomi terkontraksi 4,19 persen dan secara kumulatif terkontraksi 1,26 persen.

Sementara, kontraksi lebih dalam dari konsensus pasar maupun ekspektasi pemerintah dan Bank Indonesia yang berada di kisaran 4,3 persen-4,8 persen.

Pandemi corona virus telah memukul telak sektor perekonomian, hingga menyebabkan minusnya pertumbuhan ekonomi.

Bahkan, beberapa negara lain telah melaporkan bahwa mengalami resesi.

Bagaimana dengan Indonesia?

Pakar Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menjelaskan, secara teoritis suatu negara dikatakan resesi, salah satunya karena pertumbuhan ekonomi yang minus selama dua kuartal berturut-turut.

"Kalau sekarang (Indonesia) minus, sebelumnya itu kan masih positif. Kalau menggunakan indikator itu (pertumbuhan ekonomi), maka sesungguhnya Indonesia belum dikategorikan dalam resesi," kata Fahmy saat dihubungi Kompas.com, Kamis (6/8/2020).

Sementara itu, aman tidaknya Indonesia terhadap resesi, ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi pada kuartal-III mendatang.

Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2020 masih minus, maka secara teoritis mengalami resesi.

Namun, lanjut Fahmy, terdapat indikator lainnya seperti inflasi dan nilai kurs rupiah.

"Tapi ada indikator yang lain, dibarengi dengan inflasi misalnya, yang menyebabkan harga-harga barang, harga kebutuhan pokok itu membumbung tinggi, itu akan memperparah resesi tadi," ujar Fahmy.

Menurut dia, inflasi di Indonesia masih terkontrol. Bahkan, di bulan Juli sempat mengalami deflasi.

Adapun, kurs rupiah Indonesia juga masih terkendali, berada di bawah Rp 15.000 per dollar AS.

"Tidak seperti pada tahun tahun 2008, pada waktu krisis itu, itu kan pertumbuhan minus, inflasinya tinggi, kursnya sampai Rp 20.000, itulah resesi tadi," jelas Fahmy.

Meski resesi belum terjadi di Indonesia, hal ini bergantung pada pertumbuhan ekonomi kuartal III mendatang.

Tanda negara mengalami resesi

Apa indikator negara mengalami resesi?

Beberapa indikator makro yang mengarah pada resesi seperti pertumbuhan ekonomi minus, inflasi, defisit perdagangan, hingga nilai kurs mata uang.

"Itu terjadi di beberapa negara selama pandemi ini, seperti Korea Selatan, Jerman. Itu (pertumbuhan ekonomi minus) terjadi berturut-turut tadi," kata dia.

Fahmy mengatakan, pemulihan pertumbuhan ekonomi pada kuartal selanjutnya menjadi tantangan yang harus dihadapi pemerintah.

"Jangan sampai triwulan ketiga itu pertumbuhan ekonomi kembali minus. Kalau sudah masuk resesi akan lebih berat," kata Fahmy.

Apa yang bisa dilakukan?

Fahmy mengungkapkan,ada tiga variabel utama dalam menentukan pertumbuhan ekonomi.

Tiga variabel itu adalah konsumsi masyarakat, investasi dan dunia usaha, serta pengelolaan pemerintah.

"Kalau konsumsi dan ivestasi tampaknya agak sulit digenjot karena situasi pandemi ini, maka satu-satunya yang bisa diharapkan adalah bagaimana belanja pemerintah. Satu-satunya yang dapat diharapkan adalah pengeluaran pemerintah," ujar dia.

Adapun, pemerintah diharapkan dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi yang meningkatkan daya beli, hingga mengatur peredaran uang di masyarakat.

Sebenarnya, saat ini pemerintah telah melakukan stimulus ekonomi, dengan memberikan bantuan kepada UMKM, bantuan langsung tunai kapada masyarakat, dan program-program lainnya yang masuk melalui penyelamatan ekonomi nasional (PEN).

Meskipun, Fahmy menilai, pelaksanaannya belum lancar karena realisasi anggaran, dan daya serap masih rendah sehingga tidak bisa menggerakkan daya beli masyarakat.

"Kalau mampu pertumbuhannya (kuartal III-2020) tidak minus, maka akan selamatlah tadi (dari resesi)," ujar dia.

"Pemerintah harus fokus mempercepat dan memperlancar pengeluaran dana PEN (penyelamatan ekonomi nasional). Sebab kalau daya serap masih kecil, maka pertumbuhan minus akan terjadi lagi," lanjut Fahmy.

Bagaimana jika resesi terjadi?

Jika Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang kembali minus dan masuk resesi, ini akan berdampak besar terutama kepada masyarakat.

Fahmy menyebutkan, rakyat akan kesulitan dalam bekerja dan dunia usaha karena lapangan pekerjaan semakin sulit.

Bahkan, resesi yang terjadi berpotensi menaikkan jumlah kemiskinan.

"Angka pengangguran dan kemiskinan semakin membengkak," kata Fahmy.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/06/144852765/apakah-indonesia-aman-dari-resesi

Terkini Lainnya

Penonaktifan NIK Warga DKI Jakarta Berdampak Tak Bisa Gunakan BPJS Kesehatan, Bagaimana Solusinya?

Penonaktifan NIK Warga DKI Jakarta Berdampak Tak Bisa Gunakan BPJS Kesehatan, Bagaimana Solusinya?

Tren
Menakar Peluang Indonesia Menang atas Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024

Menakar Peluang Indonesia Menang atas Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024

Tren
3 Wanita Positif HIV Setelah Perawatan Kecantikan 'Vampire Facial'

3 Wanita Positif HIV Setelah Perawatan Kecantikan "Vampire Facial"

Tren
6 Temuan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT

6 Temuan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT

Tren
63 Persen Wilayah Masuk Kemarau Mei-Agustus, BMKG: Cuaca Ekstrem Masih Mengintai

63 Persen Wilayah Masuk Kemarau Mei-Agustus, BMKG: Cuaca Ekstrem Masih Mengintai

Tren
El Nino Berpotensi Digantikan La Nina, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

El Nino Berpotensi Digantikan La Nina, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Tren
Analisis Gempa M 6,5 di Garut, BMKG: Bukan Megathrust

Analisis Gempa M 6,5 di Garut, BMKG: Bukan Megathrust

Tren
Jarang Diketahui, Ini 5 Jenis Makanan yang Sebaiknya Tak Dikonsumsi Bersama dengan Kafein

Jarang Diketahui, Ini 5 Jenis Makanan yang Sebaiknya Tak Dikonsumsi Bersama dengan Kafein

Tren
7 Tanda Terlalu Lama Berlari dan Bisa Membahayakan Tubuh, Apa Saja?

7 Tanda Terlalu Lama Berlari dan Bisa Membahayakan Tubuh, Apa Saja?

Tren
Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 28-29 April 2024

Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 28-29 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Tanda Tubuh Kelebihan Gula | Kekuatan Timnas Uzbekistan

[POPULER TREN] Tanda Tubuh Kelebihan Gula | Kekuatan Timnas Uzbekistan

Tren
7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke