Pada Senin (27/7/2020), jumlah infeksi virus corona di Indonesia sudah mencapai 100.000 kasus.
Hasil ini berdasarkan pembaruan data yang disampaikan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melalui laman covid19.go.id.
Sejak awal kasus ditemukan pada 2 Maret 2020, hingga saat ini sudah Indonesia sudah mencatatkan 100.303 kasus infeksi dengan 1.525 kasus baru selama 24 jam terakhir.
Sementara itu, 58.173 orang dan 4.838 kasus lainnya berujung kematian.
Kondisi masih krisis
Pemerintah, melalui Juru Bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito menegaskan, kondisi masih krisis.
"Pada hari ini kasus mencapai 100.303. Hari ini adalah Indonesia mencapai angka yang secara psikologis cukup berarti, yaitu 100.000, dan ini mengingatkan semua pihak bahwa Indonesia masih dalam kondisi krisis," kata Wiku, dalam keterangan pers, seperti diberitakan Kompas.com, Senin (27/7/2020).
Meski posisi Indonesia masih berada di urutan 142 dunia, jika menghitung jumlah kasus per 1 juta penduduk, hal ini tidak lantas membuat kondisi secara nasional disebut aman.
"Kondisi ini tidak serta-merta mengatakan Indonesia aman, tapi masih dalam krisis dan kita tidak boleh lengah dalam menghadapi kondisi Covid-19 ini," ujar dia.
Melihat perkembangan kasus yang terjadi di Indonesia, Pakar Epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono, menyebut puncak pandemi di Indonesia belum terjadi meskipun saat ini kasus harian relatif meningkat dari sebelumnya.
"Belum (puncak pandemi), masih jauh," ujar Pandu ketika dihubungi Kompas.com, Senin (27/7/2020).
Menurut Pandu, puncak pandemi hanya bisa dilihat apabila sudah terjadi penurunan atau pelambatan kasus.
"Sulit diprediksi, karena tidak ada variabel yang bisa dipakai," ujar dia.
Evaluasi pembukaan kantor
Epidemiolog yang tengah menempuh pendidikan doktoral di Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengingatkan, dengan perkembangan yang terjadi hingga hari ini, pemerintah seharusnya mengkaji ulang pembukaan perkantoran di sektor-sektor non-esensial.
Hal itu karena area perkantoran menjadi salah satu klaster penyumbang tertinggi peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia.
"Kantor dan sekolah harus ditutup sampai akhir tahun. Tak ada pilihan lain buat Indonesia, kecuali mau membuat risiko terjadinya lonjakan besar kasus infeksi dan kematian," kata Dicky.
Ia berpandangan, penutupan ini harus dilakukan secara serentak dibarengi dengan kedisiplinan penuh dari pihak masyarakat.
Indonesia akan kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atau penguncian, karena dampaknya besar terhadap ekonomi.
Oleh karena itu, mencegah terbentuknya klaster baru di area perkantoran menjadi opsi yang paling mungkin diambil.
"Prioritas selama masa rawan pandemi ini harus WFH dulu. Penularan di kantor yang indoor ini dua puluh kali lebih besar daripada outdoor. Kondisi inilah yang membuat orang-orang di dalam gedung sangat rawan," papar dia.
Atas semua kondisi yang masih berlangsung hingga hari ini, Jubir Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito meminta seluruh pihak untuk tetap waspada.
"Indonesia masih dalam kondisi krisis. Untuk itu, kita perlu tetap waspada," ujar dia.
Apalagi dengan melihat peningkatan zona bahaya Covid-19, zona merah, dan oranye di seluruh wilayah Indonesia.
Zona oranye meningkat dari 32,8 persen menjadi 35,99 persen dan zona merah meningkat dari 6,81 persen menjadi 10,31 persen.
Oleh karenanya, Wiku mengajak kita semua untuk menjadikannya sebagai bahan perhatian.
"Ini bukan kabar yang menggembirakan, perlu jadi perhatian kita bersama," kata dia.
Perlindungan diri
Masyakarat diminta meningkatkan kewaspadaan. Salah satu kuncinya dengan disiplin dan patuh pada protokol pencegahan Covid-19.
Apalagi, angka kasus dari orang tanpa gejala juga cukup tinggi.
Untuk mencegah terjadinya infeksi pada diri dari orang-orang yang terinfeksi tanpa gejala, ada sejumlah upaya yang dapat dilakukan.
Langkah itu adalah:
https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/28/101400165/covid-19-di-indonesia-capai-100000-kasus-situasi-masih-krisis-dan