Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

WHO Soroti Tuberkulosis di Indonesia dan Penanganannya Saat Pandemi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis laporan terkait Covid-19 setiap negara di dunia. Salah satunya adalah Indonesia.

Dalam WHO Indonesia Situation Report yang diterbitkan pada 17 Juni 2020, WHO menyoroti soal beberapa hal. 

WHO terus mendukung pemerintah dalam analisis data provinsi untuk menilai kriteria epidemiologis untuk mengurangi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

WHO juga mendukung Kementerian Kesehatan dalam menganalisis berbagai program layanan kesehatan penting selama pandemi.

Pada 9 Juni, WHO menerjemahkan dan menerbitkan panduan baru tentang penggunaan masker. Ada pembaruan dibanding yang diterbitkan awal April lalu.

Di daerah dengan transmisi komunitas atau transmisi lokal, orang berusia 60 tahun atau lebih dan orang yang memiliki kondisi mendasar harus mengenakan masker medis dalam situasi di mana jarak fisik tidak dimungkinkan.

Pemerintah harus mendorong masyarakat untuk mengenakan masker di mana ada penyebaran yang meluas dan tidak dapat menjaga jarak fisik.

Misalnya seperti di angkutan umum, toko, atau tempat ramai lainnya.

WHO juga menerjemahkan dan menerbitkan dokumen tentang kerangka kerja pengambilan keputusan tentang implementasi kampanye vaksinasi massal dalam konteks pandemi Covid-19.

Perhatian WHO pada TB

Salah satu hal yang diperhatikan WHO untuk Indonesia adalah tentang mempertahankan layanan program Tuberkulosis (TB) di tengah pandemi.

Untuk memastikan TB tetap menjadi prioritas utama, Keputusan Presiden untuk akselerasi TB telah disusun.

Edisi kedua pedoman nasional untuk pemberian layanan program TB selama pandemi Covid-19 diluncurkan pada 30 Maret. Revisi ketiga sedang berlangsung, dengan fokus pada penyediaan layanan di tatanan hidup baru.

Untuk melindungi pasien TB, kader komunitas, dan petugas layanan kesehatan dari paparan Covid-19 serta TB, langkah-langkah perlindungan pribadi standar diperlukan.

Langkah-langkah tersebut termasuk tindakan pencegahan IPC dasar, etiket batuk, kebersihan tangan, jarak fisik, dan triase pasien cepat direkomendasikan oleh WHO.

Skrining dua arah telah diperkenalkan sejak Maret 2020 untuk individu dengan gejala pernapasan yang mungkin serupa untuk TB dan Covid-19.

Jaringan laboratorium TB dan mekanisme transportasi spesimen telah disusun ulang untuk mengurangi dampak pembatasan transportasi.

Strategi yang direvisi untuk penyelidikan kontak TB menyoroti mekanisme digital baru. Ini dikembangkan dan disebarluaskan pada Mei 2020.

Mengenai pengobatan, sistem pemberian layanan TB telah direvisi. Layanan diubah menjadi rawat jalan yang berpusat pada orang dan perawatan berbasis masyarakat. Kecuali diperlukan rawat inap.

Oleh karena itu stok obat-obatan diperlukan bagi pasien rawat jalan. Kebijakan untuk meningkatkan stok obat di fasilitas kesehatan sudah ada dan 30 persen stok penyangga dipertahankan di kabupaten.

Sarana baru untuk menyediakan obat TB bagi orang-orang di tempat karantina telah dikembangkan sesuai dengan pedoman WHO.

Mengenai sumber daya manusia, telah diadakan pelatihan online bagi manajer dan petugas teknis.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/06/19/070500065/who-soroti-tuberkulosis-di-indonesia-dan-penanganannya-saat-pandemi

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke