Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Ini dalam Sejarah: 2 Juni 1897, Kelahiran Tan Malaka

KOMPAS.com - Hari ini 123 tahun lalu, tepatnya 2 Juni 1897, Tan Malaka lahir, yang kelak menjadi salah satu tokoh penting dalam pergerakan nasional Indonesia.

Tan Malaka adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dan pendiri Partai Murba.

Berdirinya Republik Indonesia disebut-sebut terinspirasi dari tulisannya yang berjudul Naar de Republiek Indonesia (1925).

Kisah hidup Tan Malaka penuh cerita.

Dia menyuarakan perjuangan kemerdekaan Indonesia lewat tulisan, berperang di medan pertempuran, bicara pada forum internasional demi nasib rakyat Indonesia, dan sempat berkali-kali keluar masuk penjara.

Tan Malaka juga sempat mengalami nasib menjadi pelarian akibat diburu Interpol dan polisi kolonial.

Namun, Tan Malaka justru gugur setelah dieksekusi tembak oleh tentara Republik yang turut dirintisnya.

Pernah sekolah di Belanda

Melansir Kompas TV, Tan Malaka lahir dengan nama Sutan Ibrahim. Nama Tan Malaka berasal dari gelarnya, yakni Datuk Sutan Malaka.

Dia lahir di Suliki, Sumatera Barat, dari pasangan HM. Rasad dan Rangkayo Sinah.

Pada tahun 1908, Tan masuk ke Kweekschool (sekolah guru) di Bukit Tinggi.

Tan Malaka adalah murid yang cerdas, meskipun kadang-kadang bandel. Di sekolah ini, ia mendapat pelajaran bahasa Belanda.

Salah seorang gurunya, GH Horensma, terkesan dengan kecerdasan Tan. Horensma kemudian menyarankan Tan untuk bersekolah di Belanda.

Selama enam tahun, Tan Malaka menempuh pendidikan di Belanda. Di negara itu, ia justru larut dalam pergerakan kaum kiri dan menemukan minatnya pada Revolusi Oktober di Rusia serta membaca buku-buku Marxis.

Menjadi agen Komintern

Melansir Britannica, ketika kembali pada tahun 1919 dari Eropa, Tan Malaka mulai mendukung pergerakan doktrin Komunis.  

Tahun berikutnya, Tan Malaka berusaha mengubah pemogokan pegawai pegadaian pemerintah menjadi pemogokan umum.

Akan tetapi, upaya itu gagal, dan pejabat Belanda memerintahkannya untuk meninggalkan Hindia Belanda.

Tan Malaka mewakili Indonesia pada Kongres Keempat Komintern (Komunis Internasional) pada tahun 1922, ketika ia ditunjuk sebagai agen Komintern untuk Asia Tenggara dan Australia.

Dia menentang pemberontakan yang dilancarakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1926 dan disalahkan oleh pendukungnya atas kegagalan pemberontakan.

Namun, tahun berikutnya, ia mengorganisasi sebuah kelompok di Bangkok yang disebut Partai Republik Indonesia, tujuannya adalah untuk mengembangkan kader bawah tanah untuk bekerja di Indonesia.

Partai memperoleh kekuatan, tetapi dengan sedikit keberhasilan yang terlihat dalam melemahkan pemerintahan kolonial.

Kembali ke Jawa

Tan Malaka kembali ke Jawa pada tahun 1944.

Ia kembali saat pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II, dan setelah itu bersaing memperebutkan kekuasaan dengan Presiden Indonesia Soekarno.

Soekarno, bagaimana pun, mengungguli Tan Malaka dengan membawa Sutan Sjahrir ke kekuasaan sebagai perdana menteri.

Tan Malaka menanggapinya dengan menciptakan koalisi, yang disebut Persatuan Perjuangan, untuk menentang setiap usaha diplomasi dengan Belanda, metode yang disukai oleh Sjahrir.

Ketika Sjahrir mengundurkan diri pada Februari 1946, Tan Malaka diminta untuk membentuk Kabinet.

Namun, anggota koalisi gagal mencapai kesepakatan, dan Sjahrir dipanggil kembali.

Tan Malaka kemudian mencoba kudeta atau terperangkap dalam rencana orang lain dan ditangkap pada 6 Juli 1946. Ia  ditahan selama dua tahun tanpa pengadilan.

Setelah pembebasannya, ia mendirikan partai politik baru, Partai Murba.

Saat itu, Belanda dan Indonesia berperang untuk menguasai negara. Soekarno dan Mohammad Hatta menjadi tahanan Belanda, dan banyak pemimpin Komunis telah terbunuh.

Setelah pemberontakan PKI/FDR di Madiun ditumpas pada akhir November 1948, Tan Malaka menuju Kediri dan mengumpulkan sisa-sisa pemberontak PKI/FDR yang saat itu ada di Kediri.

Ia kemudian membentuk pasukan Gerilya Pembela Proklamasi.

Tujuan dari pembentukan pasukan ini untuk perlawanan total terhadap Belanda demi mewujudkan prinsipnya: Merdeka 100 Persen.

Namun, langkah Tan Malaka ini tidak mendapat dukungan dari TNI. TNI telah memutuskan untuk mengakui resolusi dewan PBB yang menetapkan jalan perundingan dan menjamin kemerdekaan Indonesia dan tidak ingin diganggu oleh suatu perjuangan rakyat.

Ditembak

Pada Februari 1949, Tan Malaka ditangkap bersama beberapa orang pengikutnya di Pethok, Kediri, Jawa Timur.

Melansir Kompas TV, Harry A. Poeze, seorang Sejarawan Belanda menyebutkan, yang menangkap Tan Malaka pada tanggal 21 Februari 1949 adalah pasukan TNI pimpinan Letnan II Soekotjo.

Batalyon tersebut di bawah komando Brigade S yang panglimanya adalah Letkol Soerachmad dari Batalyon Sikatan, Divisi Brawijaya.

Setelah ditangkap, Tan Malaka bersama pengikutnya dieksekusi dengan cara ditembak.

Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya bagi berdirinya Republik Indonesia, Tan Malaka kemudian mendapat gelar Pahlawan Nasional.

Gelar ini didapat melalui Keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden Soekarno pada 28 Maret 1963 dan menetapkan Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional.

Apresiasi terhadap jasa Tan Malaka juga telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota.

Sebuah jalan diberi nama Tan Malaka menghubungkan pusat kota Payakumbuh menuju Suliki, desa tempat kelahiran Tan Malaka.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/06/02/120200665/hari-ini-dalam-sejarah--2-juni-1897-kelahiran-tan-malaka

Terkini Lainnya

Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Tren
Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Tren
Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Tren
Sosok Shen Yinhao, Wasit Laga Indonesia Vs Uzbekistan yang Tuai Kontroversi

Sosok Shen Yinhao, Wasit Laga Indonesia Vs Uzbekistan yang Tuai Kontroversi

Tren
Daftar Provinsi yang Menggelar Pemutihan Pajak Kendaraan Mei 2024

Daftar Provinsi yang Menggelar Pemutihan Pajak Kendaraan Mei 2024

Tren
Jadi Faktor Penentu Kekalahan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23, Apa Itu VAR?

Jadi Faktor Penentu Kekalahan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23, Apa Itu VAR?

Tren
Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Muda Vs Kelapa Tua | Cara Perpanjang STNK jika Pemilik Asli Kendaraan Meninggal Dunia

[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Muda Vs Kelapa Tua | Cara Perpanjang STNK jika Pemilik Asli Kendaraan Meninggal Dunia

Tren
NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut sebagai Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut sebagai Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke