KOMPAS.com - Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda kembali mengalami letusan pada Jumat (1/4/2020) malam hingga Sabtu (11/4/2020) pagi.
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Agus Wibowo menyebut kolom abu yang terbentuk dari letusan pertama setinggi 500 meter.
Namun, aktivitas vulkanik Anak Krakatau kali ini tidak menimbulkan gelombang tinggi tsunami seperti erupsi di akhir 2018.
Ya, aktivitas vulkanik Anak Krakatau memang biasanya menarik perhatian mengingat letaknya yang terdapat di tengah perairan laut, sehingga berpotensi menimbulkan gelombang besar.
Menjelaskan hal itu, Kepala Bidag Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geologi (BMKG), Daryono memberikan keterangannya.
Tidak ada perubahan muka laut
Menurut Daryono, dalam penjelasan yang disampaikan Sabtu (11/4/2020), tidak terdapat anomali perubahan muka laut berdasarkan pemantauan yang dilakukan BMKG sejak Jumat (10/4/2020) pukul 21.00-06.00 WIB keesokan harinya.
Pemantauan pertama adalah Monitoring Tide Gauge yang dilakukan di Pantai Kota Agung, Pelabuhan Panjang, Binuangen dan Marina Jambu.
Sementara pemantauan kedua adalah Monitoring Radar Osean Wera yang berlokasi di Kahai, Lampung dan Tanjung Lesung, Banten.
Sehingga dapat disimpulkan letusan yang terjadi pukul 21.58 WIB dan 22.35 WIB pada Jumat malam, tidak menimbulkan tsunami.
"Sehingga berdasarkan monitoring muka laut yang dilakukan BMKG menggunakan Tide Gauge dan Radar Wera menunjukkan bahwa erupsi Gunung Anak Krakatau tadi malam tidak memicu terjadinya tsunami. Alhamdulillah," ujar Daryono.
"Ada, hanya ini lebih kecil daripada yang 22 Desember 2018 dulu," ujarnya saat dihubungi Sabtu (11/4/2020) siang.
Berdasarkan ketergan resmi BMKG di laman resminya, gempa terekam sensor seismik mereka pada pukul 22.59 WIB.
Gempa ini bermagnitudo 2,4 dan terjadi di kedalaman 13 kilometer dengan episentrum gempa di 70 kilometer selatan baratdaya Gunung Anak Krakatau.
https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/11/134500565/erupsi-gunung-anak-krakatau-tak-sebabkan-tsunami-ini-penjelasan-bmkg