Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gambar Peta Karantina, Ini Cerita Seniman Saat Jalani Isolasi

KOMPAS.com - Pandemi virus corona yang menjangkiti dunia membuat sebagian besar orang harus mengarantina diri demi memutus rantai penyebaran, termasuk seorang seniman Inggris Gareth Fuller. 

Tinggal di Beijing, Fuller kembali ke ibu kota China dari Kuala Lumpur pada 3 Maret 2020.

Saat itu, ia pun diharuskan mengarantina diri selama dua minggu berdasarkan aturan baru yang diberlakukan untuk memperlambat penyebaran virus corona.

Lantas apa yang dilakukan Gareth Fuller selama masa karantina?

Gambar peta karantina

Ia pun memutuskan untuk memetakan empat bagian dinding di mana ia harus berdiam diri dan melihat sejauh mana tempat itu membawa daya kreativitasnya.

Setiap hari selama dua minggu, Fuller menggambarkan pengalaman dan pikirannya dari dalam apartemennya. Hasilnya adalah 14 rangkaian gambar yang berjudul "Peta Karantina".

Fuller menghabiskan pagi hari untuk mengamati apa pun di sekitarnya. Sementara, sore dan malam hari digunakan untuk menggambar di buku sketsa. 

"Pada akhirnya, kamu menghabiskan lebih banyak waktu untuk melihat detail, memperlambat kembali, masuk ke subjek tertentu yang biasanya tidak kamu lakukan. Harimu jauh lebih terencana dan tidak begitu reaktif," tutur Fuller sebagaimana dikutip CNN.

Di dalam empat dinding

Beberapa gambar pertama dari rangkaian "Peta Karantina" Fuller fokus pada apartemennya. Ia menggambarkan sofa tempat ia menghabiskan sebagian besar hari untuk membaca dan mendengarkan radio. 

Fuller juga menggambar meja dan seluruh peralatan pencegahan yang ia kumpulkan sebelum dilakukan lockdown.

Rumahnya pun menjadi terasa sempit dan sesak.

Ia menghabiskan beberapa jam di teras apartemennya dan melihat ke luar jendela, memperhatikan jalan-jalan sepi di Beijing, serta mendokumentasikannya dalam gambar.

Pada hari ke-9, Fuller mendapati dirinya berpikir melampaui apa yang dapat ia lihat.

Rangkaian gambar tersebut menjadi tidak hanya seputar pencapaian pribadi seorang seniman tetapi lebih banyak tentang menangkap pengalaman orang-orang yang mulai merasakan krisis.

Hari tersebut bersamaan dengan saat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa Covid-19 menjadi pandemi global. 

"Perasaan yang saya alami selama karantina menjadi semakin sulit untuk dikomunikasikan. Saya merasa tidak bisa jika hanya memikirkan pengalaman saya sendiri," kata Fuller.

Melihat ke luar

Fuller mulai merefleksikan keistimewaan yang diperoleh sebagai ekspatriat di sebuah kota besar dan berpikir tentang bagaimana orang-orang di Inggris hingga komunitas kecil di seluruh dunia mengatasi krisis ini.

Beberapa gambar terakhirnya dalam rangkaian "Peta Karantina" menonjolkan setting imajiner, tentang semangat sebuah desa hingga sebuah pulau terpencil yang dikelilingi oleh lautan pembersih. 

Sementara, sketsa-sketsa lain menggambarkan gagasan fatalisme, bahwa virus tersebut kini telah menginfeksi selebriti yang kita kenal dan cintai hingga pada akhirnya, mencapai sang seniman sendiri.

Humor selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari karya Fuller. Oleh karena itu, ia merasa perlu mengingatnya ketika menggambarkan pengalaman ini.

Fuller menjadikannya sebagai cara untuk melawan semua informasi yang dia peroleh dari berita, yang semakin hari semakin memprihatinkan.

"Menjelang akhir, saya telah menyerap semua informasi yang saya dapat tentang virus ini," ujar Fuller.

Ia pun mulai melihat ke luar dan membiarkan imajinasinya bekerja.

Kini, Fuller telah keluar dari karantina, tetapi seperti sebagian besar orang di dunia, gerakannya menjadi terbatas karena kebutuhan akan social distancing.

Ia pun berencana menggunakan waktu ini untuk memperpanjang serial atau rangkaian gambarnya dengan lebih banyak peta tentang pandemi yang telah menyebabkan begitu banyak orang terdampak dan mengubah cara hidupnya. 

https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/28/203000665/gambar-peta-karantina-ini-cerita-seniman-saat-jalani-isolasi-

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke