KOMPAS.com - Taiwan memiliki 850.000 penduduk yang tinggal dan bekerja di China.
Fakta tersebut seharusnya menjadikan Taiwan sebagai salah satu yang paling terdampak dari wabah virus corona Covid-19 yang muncul akhir Desember 2019 lalu di Wuhan.
Waktu kemunculannya pun mendekati tahun baru Imlek, saat ratusan juta penduduk China bepergian ke luar negeri atau pulang ke rumah untuk melihat keluarga mereka.
Sementara, Taiwan, sebuah pulau dengan jumlah penduduk hampir sama dengan Australia, berhasil mengendalikan angka kasus infeksi mencapai 45 dengan satu kasus kematian.
Jumlah ini tidak bertambah, bahkan saat tingkat infeksi di China telah mencapai 80.000 kasus dan virus menyebar di wilayah-wilayah lain seperti Korea Selatan, Jepang, Iran, hingga Italia.
Melansir data yang dikumpulkan oleh John Hopkins University per Minggu (8/3/2020) pukul 14.23 WIB, dari jumlah kasus yang dilaporkan tersebut, 13 di antaranya telah dinyatakan sembuh.
Belajar dari pengalaman
Kesuksesan Taiwan sejauh ini dalam menangani infeksi dipengaruhi oleh respons awal saat virus masih sulit dipahami dan tingkat penularannya belum jelas.
Melansir Al Jazeera, Taiwan mengandalkan pengalaman historisnya saat menghadapi wabah.
"Taiwan terdampak sangat besar oleh SARS dan dengan pelajaran yang pahit itu, Taiwan menjadi sangat siap," kata Profesor di Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Pengetahuan Manusia Oregon State University, Chunhuei Chi.
Menurut Chi, setelah epidemi SARS, Taiwan memberlakukan pusat komando untuk epidemi di tahun selanjutnya.
Upaya ini membuat Taiwan lebih maju beberapa langkah dari negara lain di Asia sebelum virus corona mulai mewabah.
Pusat komando memudahkan otoritas medis untuk mengumpulkan data, mendistribusikan kembali sumber daya, menyelidiki kasus-kasus potensial, hingga menindaklanjuti riwayat kontak mereka.
Selain itu, mereka juga dapat dengan cepat mengisolasi pasien yang dikonfirmasi terinfeksi virus.
Belajar dari SARS, Taiwan juga cepat melakukan pemeriksaan kesehatan pada penumpang dari Wuhan pada awal Januari lalu, jauh sebelum virus dikonfirmasi dapat menular antar manusia.
Kewaspadaan tinggi
Pada minggu pertama Februari, Taiwan mulai menjatah masker bedah dan membatasi masuknya orang-orang dengan riwayat perjalan di China.
Selain itu, juga memberlakukan karantina 14 hari bagi penumpang yang pernah melakukan perjalanan ke Makau dan Hong Kong.
Pembersih tangan dan pemeriksaan demam juga dilakukan di gedung-gedung publik.
Sementara, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit serta badan lain mengirimkan pembaruan melalui ponsel setiap harinya terkait kasus terbaru dan informasi tentang tempat-tempat yang telah dikunjungi para pasien.
Direktur Pusat Kebijakan, Hasil, dan Pencegahan di Stanford University, Jason Wang, mengatakan bahwa pemerintah Taiwan sangat waspada dalam menanggapi virus ini.
Menurut ahli, kesuksesan Taiwan juga dapat dibandingkan dengan Singapura.
Belajar dari SARS, Singapura juga bertindak cepat untuk memberlakukan pemeriksaan kesehatan sebelum menutup pebatasannya di akhir Januari untuk sebagian besar wisatawan dari China.
Selain itu, juga memberlakukan denda yang berat bagi semua orang yang melanggar perintah karantina dan menutup sekolah serta universitas.
https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/08/164000465/taiwan-berhasil-tekan-penyebaran-virus-corona-bagaimana-caranya-