KOMPAS.com - Penyebaran virus corona jenis baru atau disebut Novel coronavirus (2019-nCoV) semakin merebak.
Hingga Rabu (5/2/2020), jumlah korban yang dilaporkan tewas akibat virus corona sebanyak 492 orang yang terdiri dari 490 warga China, 1 warga Hong Kong, dan 1 warga Filipina.
Dilansir South China Morning Post (SCMP), China mengajukan permohonan paten obat virus corona guna mengambil langkah untuk melindungi warga negaranya.
Aplikasi paten obat
Institut Virologi Wuhan menyampaikan aplikasi paten telah diajukan pada 21 Januari untuk penggunaan remdesivir.
Remdesivir merupakan obat yang dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi Gilead Sciences.
Diketahui, obat ini belum disetujui atau dilisensikan di mana saja di dunia, tetapi telah dilarikan ke uji coba di China setelah menunjukkan tanda-tanda penggunaan yang efektif pada pasien virus corona.
Sementara itu, ilmuwan China juga menemukan remdesivir dan klorokuin (obat malaria berusia 80 tahun) yang dinilai efektif dalam studi laboratorium yang bertujuan untuk menggagalkan virus corona.
Namun, suatu lembaga di Wuhan menyebutkan, efek dua obat pada manusia memerlukan tes klinis lebih lanjut.
Hal itu membuat aplikasi paten untuk kepentingan nasional dan tidak akan menggunakan hak patennya jika perusahaan farmasi asing bekerja sama dengan China untuk menghentikan penularannya.
Wuhan meningkatkan pengujian
Menurut media di China, saat ini kapasitas untuk mendiagnosis virus corona telah ditingkatkan di Wuhan.
Hubei Daily melaporkan, 31 lembaga di Wuhan diperlengkapi untuk melakukan pengujian. Selain itu, kapasitas mereka telah ditingkatkan dari 200 tes sehari menjadi 4.000 kali.
Rumah Sakit Tongji sekarang dapat melakukan 1.000 tes sehari pengujian yang dilakukan oleh 27 staf.
Dilaporkan, mereka melakukan pengujian dalam 24 jam.
"Karena permintaan untuk tes meningkat, kami telah mengerahkan tenaga kerja dari departemen lain," ujar Direktur Rumah Sakit Tongji, Sun Zirong pada SCMP.
Trump dan China
Presiden AS Donald Trump mengungkapkan, AS bekerja sama dengan China akan memerangi wabah tersebut.
"Pemerintah saya akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melindungi warga negara kami dari ancaman ini," ujar Trump dalam pidatonya.
Gedung Putih telah mengatakan bahwa China setuju untuk mengizinkan para ahli kesehatan Amerika ke negara itu untuk membantu, tetapi China tidak bereaksi dengan sangat antusias.
PBB mendesak dukungan, bukan stigma
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres telah menyerukan solidaritas internasional dan mengakhiri segala diskriminasi yang berakar buruk atas wabah tersebut.
Hal itu diungkapkannya dalam konferensi pers di New York pada Selasa (4/2/2020).
Ada juga laporan tentang orang-orang China dan Asia di luar negeri yang menghadapi pelecehan rasis sejak maraknya virus corona di dunia.
Media lokal di Inggris melaporkan, seorang pelajar China di Sheffield diserang karena mengenakan masker, Kamis (30/1/2020).
Selain itu, kejadian berulang dialami oleh seorang wanita China yang dikirim ke rumah sakit untuk perawatan medis setelah ditabrak oleh dua orang asing di Berlin pada Jumat (31/1/2020).
Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) merilis data mengenai kasus yang dikonfirmasi di seluruh negeri naik sebanyak 3.887 kasus pada Rabu (5/2/2020).
Angka tersebut menyumbang di jumlah total keseluruhan kasus virus corona di dunia sebanyak 24.324 kasus.
Sementara itu, pusat wabah virus corona yakni di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, tercatat mengalami peningkatan kasus sebanyak 3.156 menjadi 16.678 kasus.
Meski begitu, SCMP juga merilis ada sebanyak 911 orang yang dilaporkan sembuh dari virus corona. Data itu bersumber dari NHC.
https://www.kompas.com/tren/read/2020/02/06/080400265/virus-corona-merebak-china-ajukan-paten-obat-guna-sembuhkan-pasien