Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

2 Tahun Anies Pimpin Jakarta, Tanpa Wakil, Pencapaian, hingga Kontroversi

Pasangan nomor urut 3 dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 itu berhasil mengungguli pasangan Ahok-Djarot di putaran kedua.

Sementara pada putaran pertama, satu pasangan tersingkir karena mendapat suara yg lebih rendah dari 2 pasangan lain yang perolehannya hampir berdekatan, yakni AHY-Silvy.

Namun, belum genap setahun memimpin roda kepemimpinan harus ‘berjalan satu kaki’. Itu karena sang Wakil Gubernur memutuskan mundur dari jabatannya dan maju menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto dalam Pilpres 2019.

Kehilangan Wakil

Sandiaga secara resmi membacakan surat pengunduran dirinya pada 27 Agustus 2018 di Gedung DPRD DKI Jakarta.

Itu berarti, Anies bekerja seorang diri menjadi pemimpin Jakarta dalam usia kepemimpinannya yang baru menginjak kurang lebih 10 bulan. Hingga 2 tahun kepemimpinannya hari ini, 1 tahun 2 bulan di antaranya ia lalui tanpa sosok seorang wakil gubernur.

Pemilihan wakil gubernur pengganti berjalan begitu alot karena kurangnya komunikasi antara 2 partai pendukung, yakni PKS dan Gerindra. Padahal sosok wakil gubernur harus dibicarakan oleh kedua pihak partai politik tersebut untuk akhirnya diajukan ke DPRD.

Klaim pencapaian

Meskipun begitu, selama 2 tahun memimpin Jakarta, sejumlah kebijakan dan perbaikan wajah ibu kota diklaim telah dicapai oleh mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini.

Setidaknya terdapat 12 klaim keberhasilan pemerintahannya selama 2 tahun periode berjalan ini.

Di antaranya, peningkatan jumlah pengguna kendaraan umum, tingkat kemacetan yang menurun, revitalisasi ratusan trotoar, realisasi DP rumah 0 persen, aspal jalan kampung, penyediaan kapal cepat untuk warga pulau terluar Jakarta, membebaskan pajak bumi dan bangunan, dan lain-lain.

Kontroversi kebijakan

Semua pencapaian itu tentu tidak terlepas dari kontroversi dan pro-kontra yang timbul.

Misalnya saat gubernur menerapkan kebijakan penggunaan jaring hitam dan penyemprotan parfum untuk menutup hitam dan baunya Kali Sentiong.

Kali ini ditutup karena memiliki warna yang begitu hitam dan terkadang mengeluarkan bau tidak sedap, padahal di sampingnya berdiri Wisma Atlet yang dihuni oleh para atlet internasional ketika itu yang tengah mengikuti ajang Asian Games.

Banyak warga yang mempertanyakan mengapa kebijakan yang diambil justru penggunaan kain atau jaring hitam untuk menutup bau dan warna hitam sungai, bukan membersihkannya dan menyelesaikan masalah mendasar yang ada.

Terlebih ketika pemasangan jaring yang tak pendek itu memakan biaya hingga lebih dari 500 juta rupiah.

Atau seruannya untuk memasalkan penanaman tanaman Lidah Mertua di seantero Jakarta guna memperbaiki kualitas udara Jakarta yang sudah tercemar dan sempat menduduki posisi sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/16/160000965/2-tahun-anies-pimpin-jakarta-tanpa-wakil-pencapaian-hingga-kontroversi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke