Propaganda untuk menarik simpati rakyat Indonesia sangat penting bagi Jepang.
Dengan propaganda, mereka dapat mendoktrin dan menarik hati masyarakat Indonesia agar percaya dan mudah dimobilisasi untuk kebutuhan perang melawan pasukan Sekutu.
Oleh karenanya, Jepang membentuk departemen propaganda (Sendenbu) pada Agustus 1942.
Tugas Sendenbu adalah mengobarkan semangat rakyat Indonesia untuk berperang membantu Jepang melawan Sekutu.
Pemimpin Sendenbu, Hitoshi Shimizu, memelopori Gerakan Tiga A (3A) dan menunjuk salah satu tokoh pergerakan nasional, yaitu Mr Syamsudin, sebagai ketua dari gerakan ini untuk menanamkan kepercayaan pada rakyat Indonesia agar senantiasa berdiri di belakang Jepang.
Berikut ini isi dari Gerakan Tiga A atau semboyan yang digunakan Jepang untuk menarik simpati bangsa Indonesia.
Namun, Gerakan Tiga A gagal karena terlalu menonjolkan Jepang, dan akhirnya dibubarkan tidak lama setelah digaungkan Jepang.
Baca juga: Mengapa Gerakan Tiga A Dianggap Gagal?
Tidak lama setelah menduduki Indonesia, Jepang kelabakan menghadapi pasukan Sekutu dan mulai mengalami kekalahan di sejumlah medan pertempuran.
Cara Jepang menarik simpati bangsa Indonesia pasca-mengalami kekalahan adalah memberikan janji kemerdekaan.
Pada 7 September 1944, Jenderal Kuniaki Koiso memberikan janji kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.
Janji tersebut berisi jaminan dari Kekaisaran Jepang untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia suatu saat nanti.
Janji kemerdekaan yang dikenal dengan Janji Koiso diberikan karena Jepang membutuhkan dukungan dari rakyat Indonesia dalam perang melawan Sekutu.
Janji kemerdekaan kepada Indonesia diwujudkan Jepang dengan membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada awal 1945.
Baca juga: Kuniaki Koiso, Penebar Janji Kemerdekaan untuk Indonesia
Selain tiga cara tersebut, berikut ini sikap yang ditunjukkan bangsa Jepang untuk menarik simpati bangsa Indonesia.
Beragam sikap yang ditunjukkan dalam usaha propaganda Jepang untuk menarik simpati rakyat Indonesia ternyata tidak cukup.
Kaum intelektual menyadari bahwa propaganda yang dilakukan Jepang tidak memiliki manfaat untuk kemerdekaan Indonesia.
Sedangkan rakyat dapat menilai sendiri dari sikap dan perlakukan kasar yang dilakukan oleh tentara Jepang.
Eksploitasi kekayaan alam Indonesia oleh Jepang juga memunculkan kesadaran bahwa rakyat kembali diperbudak dan timbul tekad untuk melakukan perlawanan terhadap Jepang.
Referensi: