Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Iga Diaska Pradipta
Tentara Nasional Indonesia

Analis Pertahanan, Geopolitik, dan Hubungan Internasional

Nyepi ala Bali

Kompas.com - 10/03/2024, 12:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Nyepi adalah waktu yang tepat untuk menanyakan ulang kepada diri sendiri tentang tujuan hidup yang ingin dicapai dan di mana posisi kita saat ini berada.

Apakah tujuan tersebut sejalan dengan ajaran kebaikan? Apakah keputusan-keputusan kecil dan langkah yang telah kita ambil selama ini masih sejalan dengan tujuan tersebut?

Sebelum deklinasi arah semakin menjauh, alangkah baiknya kita luangkan waktu sejenak dan mengkalibrasi diri.

Ketiga, Nyepi adalah waktu yang tepat untuk menetapkan resolusi ke depan. Terlepas dari kondisi kita saat ini sedang berada di atas, tengah, atau bawah roda kehidupan, Nyepi yang menjadi penanda awal tahun, menawarkan lembaran baru yang siap untuk kita warnai untuk masa depan yang lebih baik.

Hal tersebut dapat dicapai dengan kita menetapkan resolusi dan rencana hidup selama satu tahun ke depan.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kita sering overestimate hal yang dapat kita lakukan dalam satu tahun dan underestimate hal yang dapat kita lakukan dalam tiga tahun ke depan.

Oleh karena itu, untuk memelihara optimisme dalam mewujudkan cita-cita, resolusi harus dibuat cukup tinggi agar dapat memotivasi kita, tetapi tidak terlalu tinggi sehingga menimbulkan skeptisisme dalam mewujudkannya.

Keempat, Nyepi adalah momentum menjalin kembali hubungan yang mungkin saja sempat terabaikan akibat kesibukan selama ini.

Masyarakat Hindu Bali mengenal konsep Tri Hita Karana – tiga hubungan manusia yang harus dipelihara agar tercipta keharmonisan hidup, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, antarmanusia, dan manusia dengan alam semesta.

Hubungan antara manusia dengan Tuhan tidak hanya tercermin melalui berbagai praktik upacara keagamaan yang dilaksanakan, tetapi juga bagaimana umat memaknai ajaran dharma.

Pengimplementasiannya dalam kehidupan sehari-hari erat kaitannya dengan hubungan antarsesama manusia maupun alam semesta.

Sebagai contoh ajaran Tri Kaya Parisudha yang mengajarkan agar manusia berpikir, berkata, dan berbuat kebaikan bertujuan menciptakan hubungan harmonis dalam masyarakat.

Praktik penghaturan bhakti secara simbolis dalam bentuk bunga, buah, air, dan hasil bumi lainnya kepada alam juga menciptakan kesadaran akan pentingnya peran alam sebagai tempat yang menaungi seluruh makhluk hidup.

Bagi alam, Nyepi memberikan waktu untuk ’bernafas’. Selama 24 jam, alam akan dijauhkan dari polusi lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas manusia: tidak ada listrik, lalu lintas kendaraan, kebisingan, pembakaran karbon dioksida secara eksesif, dan masih banyak lainnya.

Jauh sebelum merebaknya gerakan pemerhati lingkungan di beberapa dekade terakhir, leluhur Hindu nusantara telah mengajarkan pentingnya mereservasi alam dari kegiatan manusia yang bersifat destruktif.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com