Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Iga Diaska Pradipta
Tentara Nasional Indonesia

Analis Pertahanan, Geopolitik, dan Hubungan Internasional

Nyepi ala Bali

Kompas.com - 10/03/2024, 12:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BERBEDA dengan sebagian besar masyarakat dunia yang merayakan Tahun Baru dengan penuh hiruk pikuk, masyarakat Hindu Bali merayakan Tahun baru Caka dengan hening dan menyepi.

Hal yang menarik adalah perayaan Nyepi hanya dilaksanakan oleh umat Hindu Indonesia, khususnya Bali. India yang menjadi negara asal agama Hindu tidak mengenal perayaan Nyepi.

Hari Raya Nyepi adalah salah satu manifestasi sinkretisme ajaran dharma yang berpadu dengan nilai-nilai pribumi.

Senada dengan peribahasa di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung, begitu pula praktik keyakinan Hindu yang mengikuti desa (tempat), kala (waktu), dan patra (keadaan) sesuai dengan masa, tempat, dan kondisi lokal di mana ia tumbuh dan berkembang.

Pelaksanaan Hari Raya Nyepi memiliki filosofi mendalam dan menjadi milestone dalam kalender keagamaan umat Hindu.

Selama Nyepi, umat Hindu melaksanakan catur brata penyepian; empat pantangan yang tidak boleh dilakukan, yaitu tidak bekerja, tidak menyalakan api, tidak bersenang-senang, dan tidak bepergian.

Nyepi bukanlah berarti hanya diam, tetapi merupakan momen refleksi dan menggugah aspek spiritual diri.

Menelisik lebih dalam, Catur Brata penyepian memberikan pelajaran hidup bagi umat manusia tidak hanya kepada umat Hindu, tetapi juga universal.

Pertama, Nyepi mengajarkan kepada umat manusia untuk berhenti sejenak dari rutinitas dan kesibukan duniawi, seolah menekan tombol pause dari film yang sedang berjalan.

Kehidupan di era globalisasi saat ini memiliki tempo yang sangat cepat hingga terkadang kita lupa untuk menengok ke belakang dan mengevaluasi diri apa saja yang telah berhasil dan gagal kita lakukan, kesempatan apa saja yang telah singgah dan kita lewatkan.

Kita juga acap lupa diri untuk bersyukur dan mengapresiasi rezeki yang telah kita peroleh, seakan-akan semuanya datang begitu saja dan menjadi hal wajar; atau jika kita meminjam istilah generasi Z, yaitu take for granted.

Nyepi membantu kita untuk menghela nafas sejenak, menenangkan diri, dan hadir di saat ini – tidak cemas akan masa depan dan terjebak dalam kenangan masa lalu – serta menghargai hidup yang kita peroleh, karena sejatinya dapat hidup sebagai manusia merupakan karunia terbesar yang Tuhan berikan.

Kedua, Nyepi adalah waktu bagi kita untuk me-reset diri. Layaknya kendaraan yang perlu melakukan pemeliharaan dan dikalibrasi ulang sesuai dengan setelan ideal, begitu pula manusia.

Terkadang kita bergerak miring ke kanan atau ke kiri dan mulai keluar dari arah kompas yang seharusnya.

Melalui Nyepi, umat Hindu diberikan kesempatan untuk melakukan refleksi terhadap kondisi spiritualitasnya agar bisa mengorientasikan diri menuju azimuth kebaikan.

Nyepi adalah waktu yang tepat untuk menanyakan ulang kepada diri sendiri tentang tujuan hidup yang ingin dicapai dan di mana posisi kita saat ini berada.

Apakah tujuan tersebut sejalan dengan ajaran kebaikan? Apakah keputusan-keputusan kecil dan langkah yang telah kita ambil selama ini masih sejalan dengan tujuan tersebut?

Sebelum deklinasi arah semakin menjauh, alangkah baiknya kita luangkan waktu sejenak dan mengkalibrasi diri.

Ketiga, Nyepi adalah waktu yang tepat untuk menetapkan resolusi ke depan. Terlepas dari kondisi kita saat ini sedang berada di atas, tengah, atau bawah roda kehidupan, Nyepi yang menjadi penanda awal tahun, menawarkan lembaran baru yang siap untuk kita warnai untuk masa depan yang lebih baik.

Hal tersebut dapat dicapai dengan kita menetapkan resolusi dan rencana hidup selama satu tahun ke depan.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kita sering overestimate hal yang dapat kita lakukan dalam satu tahun dan underestimate hal yang dapat kita lakukan dalam tiga tahun ke depan.

Oleh karena itu, untuk memelihara optimisme dalam mewujudkan cita-cita, resolusi harus dibuat cukup tinggi agar dapat memotivasi kita, tetapi tidak terlalu tinggi sehingga menimbulkan skeptisisme dalam mewujudkannya.

Keempat, Nyepi adalah momentum menjalin kembali hubungan yang mungkin saja sempat terabaikan akibat kesibukan selama ini.

Masyarakat Hindu Bali mengenal konsep Tri Hita Karana – tiga hubungan manusia yang harus dipelihara agar tercipta keharmonisan hidup, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, antarmanusia, dan manusia dengan alam semesta.

Hubungan antara manusia dengan Tuhan tidak hanya tercermin melalui berbagai praktik upacara keagamaan yang dilaksanakan, tetapi juga bagaimana umat memaknai ajaran dharma.

Pengimplementasiannya dalam kehidupan sehari-hari erat kaitannya dengan hubungan antarsesama manusia maupun alam semesta.

Sebagai contoh ajaran Tri Kaya Parisudha yang mengajarkan agar manusia berpikir, berkata, dan berbuat kebaikan bertujuan menciptakan hubungan harmonis dalam masyarakat.

Praktik penghaturan bhakti secara simbolis dalam bentuk bunga, buah, air, dan hasil bumi lainnya kepada alam juga menciptakan kesadaran akan pentingnya peran alam sebagai tempat yang menaungi seluruh makhluk hidup.

Bagi alam, Nyepi memberikan waktu untuk ’bernafas’. Selama 24 jam, alam akan dijauhkan dari polusi lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas manusia: tidak ada listrik, lalu lintas kendaraan, kebisingan, pembakaran karbon dioksida secara eksesif, dan masih banyak lainnya.

Jauh sebelum merebaknya gerakan pemerhati lingkungan di beberapa dekade terakhir, leluhur Hindu nusantara telah mengajarkan pentingnya mereservasi alam dari kegiatan manusia yang bersifat destruktif.

Nyepi membantu kita untuk memperkuat hubungan dengan Tuhan melalui introspeksi, dengan sesama manusia melalui rasa empati dan kasih sayang, dan dengan alam semesta melalui penghormatan dan rasa syukur.

Nyepi memang hanya dirayakan oleh umat Hindu Indonesia, namun nilai-nilai yang diajarkan bersifat universal, tidak spesifik kepada golongan tertentu.

Introspeksi diri, harmonisasi, dan keseimbangan merupakan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh semua manusia, terlepas apapun kepercayaan yang diyakini.

Nyepi menjadi pengingat bahwa kebahagiaan tidak hanya terletak pada capaian duniawi, tetapi juga pada kedamaian batin dan hubungan yang harmonis.

Menyambut Tahun Baru Caka, mari kita melakukan refleksi diri dan membangun hubungan harmonis, tidak hanya sebagai insan dengan Sang Penciptanya, tetapi juga dengan sesama manusia dan alam semesta selaku sesama ciptaan Tuhan Sang Maha Pencipta.

Semoga Nyepi membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi kita semua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com