Wawancara dengan Marhaen kemudian membuka mata Soekarno terhadap sistem penindasan kolonial Belanda. Petani yang seharusnya dapat berkembang malah terbatas oleh sistem yang tidak adil.
Soekarno pun menyimpulkan, "Pada saat itu, cahaya ilham menyala di benakku. Aku akan menggunakan nama ini untuk menyebut semua orang Indonesia yang mengalami kesulitan seperti dia! Sejak saat itu, aku menyebut rakyatku dengan sebutan Marhaen".
Sisa hari itu, Soekarno habiskan dengan bersepeda mengelilingi Bandung.
Di sepanjang perjalanan, ia terus merenung sambil merangkai pemikiran yang selama ini tersumbat di kepalanya.
Nama "Marhaen" kemudian diangkat oleh Soekarno sebagai simbol perjuangan rakyat kecil yang ditindas oleh sistem kolonial.
Baca juga: Marhaenisme dalam Kebijakan Politik Ganjar Pranowo.
Marhaenisme, sebagai bentuk sosialisme yang diterapkan di Indonesia, lahir dari gagasan yang bersumber langsung dari kehidupan rakyat kecil.
Dalam Kongres Partindo tahun 1933, Soekarno menyampaikan konsep Marhaenisme melalui beberapa butir keputusan dengan tujuan menggambarkan pandangannya terhadap ideologi tersebut.
Berikut adalah penjelasannya:
Soekarno mengusung konsep Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi sebagai fondasi Marhaenisme.
Sosio-Nasionalisme menekankan persatuan bangsa untuk melawan penindasan, sedangkan Sosio-Demokrasi menyoroti pentingnya demokrasi dalam mencapai keadilan sosial.
Istilah "Marhaen" dipilih oleh Soekarno untuk mencakup kaum proletar Indonesia, terutama petani yang hidup dalam kondisi melarat. Marhaen dianggap sebagai simbol perjuangan melawan ketidakadilan ekonomi.
Marhaenis merujuk pada setiap individu yang mengikuti ajaran Marhaenisme. Ini mencerminkan konsep bahwa Marhaenisme bukan hanya ideologi, tetapi juga gerakan yang melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat.
Soekarno menekankan pentingnya kerjasama antara Marhaen dan kaum Marhaeni sebagai satu kesatuan perjuangan.
Kaum Marhaeni, khususnya perempuan, diidentifikasi sebagai rakyat kecil yang ditindas oleh sistem. Kesatuan ini dipandang sebagai langkah krusial dalam mengatasi ketidakadilan sosial.
Jadi, dari sudut pandang Soekarno, konsep Marhaenisme adalah sebuah ideologi yang menggabungkan semangat kebangsaan, demokrasi, perjuangan kaum proletar, dan peran penting wanita dalam mencapai keadilan sosial di Indonesia.
Konsep ini tidak hanya merupakan kerangka pemikiran teoritis, tetapi juga merupakan pandangan praktis yang diharapkan dapat membawa perubahan nyata dalam masyarakat Indonesia pada masa itu.
Referensi: