Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Al Makin
Rektor UIN Sunan Kalijaga

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Prof. Dr. phil. Al Makin, S.Ag. MA, kelahiran Bojonegoro Jawa Timur 1972 adalah Profesor UIN Sunan Kalijaga. Penulis dikenal sebagai ilmuwan serta pakar di bidang filsafat, sejarah Islam awal, sosiologi masyarakat Muslim, keragaman, multikulturalisme, studi minoritas, agama-agama asli Indonesia, dialog antar iman, dan studi Gerakan Keagamaan Baru. Saat ini tercatat sebagai Ketua Editor Jurnal Internasional Al-Jami’ah, salah satu pendiri portal jurnal Kementrian Agama Moraref, dan ketua LP2M (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) UIN Sunan Kalijaga periode 2016-2020. Makin juga tercatat sebagai anggota ALMI (Asosiasi Ilmuwan Muda Indonesia) sejak 2017. Selengkapnya di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Al_Makin.

Menanti Sisi Mulia Manusia

Kompas.com - 16/12/2023, 12:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM menanggapi berbagai perbedaan dan pilihan yang beragam antarsahabat, sebaiknya kita berbaik sangka saja. Manusia pada akhirnya akan kembali pada sifat baiknya. Perbedaan hanya sementara.

Kita berharap baiknya saja, toh semua akan melupakan dan saling memaafkan dengan sendirinya. Manusia adalah makhluk yang baik dan akan kembali pada kebaikan yang ada dalam dirinya.

Politik itu sementara. Pilihan dalam Pemilu juga ada akhirnya. Pemihakan pada calon dan simbol-simbol juga ada batasnya.

Kebaikan akan muncul pada diri kita masing-masing akhirnya. Semua adalah anak bangsa. Semua adalah manusia. Kenyataan itu lebih abadi.

Pemikir Inggris John Locke (1632-1704) menekankan pentingnya berbaik sangka dengan watak asli manusia. Katanya, manusia lahir itu putih bersih tanpa dosa.

Manusia awalnya kosong, sama kita semua. Kebaikan atau kejahatan adalah hasil dari perjalanan hidup selanjutnya.

Manusia itu bisa menjadi baik atau buruk, tidak seketika dan sejak awal, tetapi dari pengalaman interaksi sosial antarsesama manusia. Dari situlah manusia belajar dan diri masing-masing terbentuk secara unik.

Dalam mitologi Yunani, alam dewa dan alam manusia itu terhubung. Dewa masih terus intervensi manusia, tetapi manusia bisa melawannya.

Pertarungan antara dewa dan manusia sering terjadi. Manusia kadangkala lebih mulia dari para Dewa. Dewa kadangkala bermaksud tidak baik pada alam manusia. Tetapi manusia mempunyai daya untuk berjuang dan melawan.

Para tuhan dalam versi Yunani itu menyerupai manusia. Mereka jatuh cinta, berkeluarga, dan bersaing antartuhan.

Perseus adalah anak dewa Zeus dengan ibu manusia, Danae. Kemampuannya melebihi manusia lain, sakti. Dia membunuh bahkan Medusa, perempuan berambut ular, juga dewa.

Manusia bisa melebihi dewa atau tuhan: segi hati dan kemampuannya. Dalam cerita-cerita Yunani kuno, manusia acap kali membantu para dewa untuk mengalahkan musuh para dewa dan dewa itu sendiri.

Hercules, misalnya, adalah anak dewa Zeus dengan perempuan manusia bernama Alcmene. Kesaktian Hercules tidak hanya melebihi manusia lain, tetapi juga mengungguli beberapa dewa.

Ceritanya, Ibunya Hercules itu cucu Perseus. Kehebatan Hercules bisa mengalahkan banyak musuh yang bahkan bisa mengancam alam dewata.

Konon, kebaikan, ketulusan, dan kemuliaan hati Hercules yang menjadikan dirinya setara dengan para dewa. Dia bisa naik ke kahyangan, alam para dewa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com