SETIAP masa ada dinastinya, setiap dinasti ada masanya. Kerajaan lama runtuh, lahirlah kerajaan baru. Sistem lama tidak berlaku, sistem yang lebih sesuai zaman diterima.
Agama lama ditinggalkan, agama baru dipeluk. Hukum alam itu terjadi dalam sejarah panjang Turkiye. Dan pergantian kekuasaan, kerajaan, dinasti dan agama itu meninggalkan bukti-bukti di satu kota, Istanbul.
Nama kota Istanbul sudah menunjukkan keruntuhan dan penaklukan. Konstantinus mendirikan Romawi Timur abad empat Masehi, disebutlah kota itu dengan namanya.
Polis artinya kota, di belakang nama Konstantinus sang pendiri. Kota versi Roma itu sesuai dengan selera dan tradisi Romawi kuno dengan pacuan kudanya yang disebut hiperdome.
Bahkan monumen Mesir obelisk dengan heraglifiknya masih berdiri di pinggir jalan pacuan kuda. Monumen Mesir itu konon dibawa oleh Kaisar Septimus Severus, berkulit gelap karena berdarah Afrika.
Adanya Obelisk menunjukkan daerah-daerah Mesir kuno berada dalam kekuasaan Romawi.
Di sebelah kanan adalah masjid Sultan Ahmed berupa kubah dan menara-menaranya didirikan pada abad tujuh belas Masehi.
Lompatan dalam masa dan kekuasaan. Di seberangnya adalah gereja tua Hagia Sophia, atau Aya Sophia, didirikan oleh Justinianus abad enam Masehi.
Dua abad setelah kota tua Konstantinopel berdiri. Satu abad sebelum Islam itu sendiri diwahyukan.
Bahan-bahan masjid Ahmed konon diambil dari batu-batu bahan hiperdome. Terdiri dari marmer putih dari Marmara, lafaz marmer sendiri dari nama tempat itu.
Di dalam masjid dipenuhi ornamen keramik biru. Pacuan kuda sepanjang jalan lurus dengan tempat penontonnya, seperti koloseum tempatnya para gladiator bertarung.
Emperium Romawi menguasai dunia lebih dari seribu tahun, kalau dihitung Roma Barat di Italia dan versi Timurnya di Konstantinopel dua ribu tahun.
Romawi Barat adalah pemuja para dewa versi lama dari Yunani, berikut juga filsafat dan hukumnya.
Romawi seperti lanjutan tradisi Yunani, termasuk militernya. Sedangkan Romawi Timur sudah memeluk agama Kristiani, sejak Konstantinus. Gereja Hagia Sophia adalah saksinya.
Sisa-sisa dan bukti sebelum ditaklukan oleh Sultan Mehmed dari Turki Utsmani pada abad ke tiga belas Masehi masih terlihat di luar dan dalam gereja.