Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kehidupan Agama Kerajaan Tarumanegara

Kompas.com - 02/11/2023, 16:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Kerajaan Tarumanegara adalah salah satu kerajaan tertua di Nusantara, yang diperkirakan berdiri sejak abad ke-4.

Pusat pemerintahan kerajaan ini berada di wilayah Jawa Barat.

Keberadaan Kerajaan Tarumanegara diketahui dari catatan asing dan peninggalan-peninggalan kerajaan yang ditemukan para ahli.

Dari sumber-sumber sejarah itu pula, diketahui kehidupan agama Kerajaan Tarumanegara.

Baca juga: Kehidupan Ekonomi Kerajaan Tarumanegara

Agama raja Tarumanegara dan masyarakatnya

Fa Hien adalah penjelajah dari China yang pernah ke Jawa pada abad ke-5.

Catatannya menjadi sumber informasi penting yang mengungkap kondisi masyarakat Kerajaan Tarumanegara.

Salah satu hal yang diberitakan Fa Hien dalam catatannya adalah kehidupan agama Kerajaan Tarumanegara.

Dari berita Fa Hien, diketahui bahwa pada awal abad ke-5, di Tarumanegara terdapat tiga macam agama, yakni agama Buddha, Hindu, dan agama "kotor atau buruk".

Fa Hien mengatakan bahwa di Tarumanegara sedikit sekali dijumpai orang yang beragama Buddha seperti dirinya, tetapi banyak dijumpai Brahmana (pendeta agama Hindu) dan orang-orang yang agamanya buruk.

Mengingat pada masa Kerajaan Tarumanegara pengaruh agama Hindu dari India pada taraf pertama penyebarannya, tidak janggal apabila ditemui banyak Brahmana.

Baca juga: Fa Hien, Penjelajah China Pertama yang Pernah ke Jawa

Bukti bahwa Kerajaan Tarumanegara bercorak Hindu diperkuat oleh bukti-bukti prasasti dan arca.

Isi Prasasti Tugu menunjukkan bahwa agama yang dianut raja Tarumanegara adalah Hindu.

Menurut Prasasti Tugu, ayah Purnawarman berkedudukan sebagai rajadhiraja guru dan telah menggali terusan Candrabhaga, sedangkan Purnawarman menggali terusan Gomati.

Selain itu, Raja Purnawarman menghadiahkan seribu sapi kepada para Brahmana, yang menunjukkan adanya hubungan erat dengan agama Hindu.

Selanjutnya, Prasasti Ciaruteun peninggalan Kerajaan Tarumanegara menyamakan kedua kaki Purnawarman dengan kaki Dewa Wisnu.

Begitu pula Prasasti Jambu yang menyamakan Raja Purnawarman dengan Indra, yang selain dikenal sebagai dewa perang, juga memiliki sifat sebagai dewa matahari.

Dari catatan Fa Hien dan prasasti-prasasti tersebut, jelas bahwa kepercayaan di daerah Jawa Barat pada zaman Tarumanegara adalah agama Hindu.

Baca juga: 7 Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Satu hal yang cukup menarik disebutkan oleh Fa Hien adalah agama "kotor atau buruk", sebagai agama yang dipercayai masyarakat Tarumanegara.

Para ahli berbeda pendapat terkait orang-orang yang agamanya buruk yang disebut oleh Fa Hien.

Ada yang berpendapat bahwa agama kotor yang dimaksud adalah agama Siwa Pasupata, berdasarkan berita Huen Tsang dari abad ke-7, yang mengatakan adanya kaum Brahmana dan pemeluk agama palsu.

Argumen lainnya mengatakan bahwa maksud agama kotor adalah agama orang Parsi (Majusi), yang mengenal penguburan dengan menempatkan jenazah begitu saja di dalam hutan.

Sedangkan sebagian ahli lainnya menafsirkan agama kotor sebagai kepercayaan asli penduduk yang sudah lama ada sebelum masuknya pengaruh Hindu ke Nusantara.

Baca juga: Kerajaan Tarumanegara: Raja-raja, Puncak Kejayaan, dan Peninggalan

Bisa jadi, karena kepercayaan asli masyarakat memiliki ritual yang berbeda dari kedua agama India yang dikenal Fa Hien (Hindu dan Buddha), ia menyimpulkannya sebagai agama yang kotor atau buruk.

Mengingat kembali bahwa Tarumanegara merupakan negara pertama di Jawa Barat yang menerima pengaruh India, dapat dipastikan kepercayaan asli masyarakatnya tidak ditinggalkan begitu saja.

 

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com