Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Situs Candi Ratu Boko, Peninggalan Mataram Kuno di Sleman

Kompas.com - 29/03/2023, 18:00 WIB
Susanto Jumaidi,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Situs Candi Ratu Boko adalah kompleks percandian yang berada di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Situs Ratu Boko berada di atas bukit dengan ketinggian 195,97 meter di atas permukaan laut.

Situs yang berjarak sekitar 3 km dari Candi Prambanan ini kerap terlupakan atau terpinggirkan popularitasnya di banding komplek candi lainnya di Sleman.

Baca juga: Candi Dukuh, Lokasi Pelarian Prabu Brawijaya V

Sejarah Situs Ratu Boko

Dalam beberapa penelitian-penelitian yang dimuat dalam laman Borobudurpark.com, situs ini bukanlah tergolong komplek percandian.

Dijelaskan bahwa situs ini adalah bekas reruntuhan sebuah bangunan kerajaan pada kisaran abad ke-8, sehingga situs ini juga akrab disebut sebagai Keraton Boko.

Menurut legenda di masyarakat sekitar, bekas reruntuhan ini merupakan istana milik Ratu Boko yang merupakan ayah Roro Jonggrang.

Dari hasil dari penelitian, diperkirakan bangunan ini dibangun oleh Wangsa Syailendra yang beragama Budha.

Oleh karena itu, corak-corak yang terdapat pada bangunnan situs Ratu Boko memiliki nuansa Buddha yang cukup kuat.

Kemudian, dalam perkembangannya, keraton ini diambil alih oleh raja-raja Mataram Hindu yang menjadikan corak pada bangunannya melekat nuansa kehinduan.

Oleh sebab itu, kadang kala, situs ini menjadi suatu simbol toleransi yang kuat antara dua agama berdasarkan perpaduan corak Hindu dan Buddha pada bangunannya.

Untuk membangun kisah sejarah mengenai awal mula pembangunan keraton ini, para pakar menggunakan prasasti-prasasti yang terdapat di kawasan situs Ratu Boko.

Baca juga: Situs Liyangan, Bekas Permukiman Masyarakat Mataram Kuno

Prasasti Abhayagiriwihara

Sejauh ini, Prasasti Abhayagiriwihara yang terdapat pada situs ini, menjadi landasan kuat dalam pembangunan narasi sejarah Situs Ratu Boko.

Bukti tertulis yang bertahun 729 Masehi ini mengisahkan tentang perintah pembangunan Abhayagiriwihara oleh Raja Tejapurnama Panangkarana.

Para pakar kemudian menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan Raja Tejapurnama Panangkarana kemungkinan adalah Rakai Panangkaran.

Kemudian, arti kata Abhayagiriwihara oleh para pakar dimaknai dengan maksud bihara di bukit penuh kedamaian.

Baca juga: Sejarah Candi Karangnongko di Klaten

Tata Ruang Situs Ratu Boko

Sebagaimana diutarakan di atas, Situs Ratu Boko diperkirakan merupakan bekas bangunan istana.

Oleh karena itu, struktur tata ruang situs ini layaknya bangunan istana sezaman dengannya, yaitu istana masa-masa klasik yang tersusun secara dramatis.

Memasuki kawasan istana, akan ditemukan bangunan berupa gapura atau gerbang yang terbagi menjadi gerbang dalam dan gerbang luar.

Setiap gerbang akan melewati gapura-gapura yang memiliki ketinggian dan ukuran berbeda antara gapura di gerbang dalam dan di gerbang luar.

Kemudian, ada teras-teras paseban yang digunakan sebagai tempat untuk menghadap raja.

Selain itu, ada pendopo yang berada sekitar 20 meter dari tempat menghadap raja.

Ada juga ada keputren yang merupakan tempat tinggal para putri, tempat penampungan air, dan gua.

Baca juga: Candi Dawangsari, Stupa Peninggalan Mataram Kuno

Referensi:

  • Sunarto, A. (1993). Ratu Boko yang Terlupakan. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta.
  • Borobudurpark.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com